Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan untuk Abimanyu, Jangan Menyerah

30 November 2012   15:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:25 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam gelap dan dingin, hujan turun dengan deras, kampung di pinggiran kota itu pun semakin bertambah sepi, hanya kilatan guntur dan suara gemuruh petir menggelegar yang terdengar. Saat sesosok bayangan wanita basah kuyup menggendong anak kecil menuju sebuah rumah yang sangat sederhana

“tok tok tok…tok tok tok” bunyi ketukan pintu hanya terdengar lamat, kalah oleh cucuran air yang beradu di atas atap rumah

“tok tok tok…tok tok tok…”

“ya Allah…sekar..ini kamu ndhuk…kamu nggak papa kan?ayo cepat masuk kamu basah kuyup” seorang wanita paruh baya terlihat panik menyambut kedatangan seseorang yang selalu dia sebut dalam untaian doanya

“ibu..maafkan sekar bu..maafkan sekar sudah mengecewakan ibu” tiba-tiba wanita muda bertubuh kurus itu berlutut dan langsung mencium kaki sang ibu, masih dengan anak kecil di gendongannya

“sudah ndhuk…sudah…ayo bangun, ibu sudah memaafkan kamu dari dulu kala…ayo sekarang keringkan tubuhmu, ini cucu ibu kan…” wanita paruh baya itu tersenyum dengan linangan air mata di pipinya dan mengambil alih gendongan

***

“kamu masih pacaran sama anaknya Pak anto ndhuk?” tanya ibu di sela-sela makan malam

“kalau iya kenapa kalau tidak kenapa?” sekar menjawab pertanyaan dengan ketus

“kalau bisa kamu nggak usah pacaran lagi sama dia ndhuk, kamu kan tahu..kita harus eling, ibu hanya janda miskin, cari uang dengan jualan nasi bungkus dan gorengan, sedangkan pacarmu itu anak orang kaya dan terpandang, ibu takut kalau mereka nggak mau menerima kita ” ibu berpesan panjang lebar

“ah..sudahlah bu, ini masalah saya dan dhony..ibu nggak usah ikut campur” nada suara sekar semakin meninggi

“ibu nggak bermaksud turut campur ndhuk..ibu…” belum sempat ibu menyelesaikan ucapannya, namun

“ah..cukup..sekar mau pergi saja kalau ibu tidak setuju, sekar nggak butuh nasihat lagi, sekar sudah besar bisa ngurus diri sendiri”

…dan percakapan itu berakhir dengan perginya sekar dari rumah

***

“suami ibu positif HIV” satu kalimat dari dokter itu cukup membuat sekar limbung, tak disangka bahwa dhony ternyata seorang penderita AIDS, perilaku suaminya yang seorang pecandu narkoba dari jaman sekolah dulu membuatnya terjerat dalam lingkaran setan dan akhirnya terjangkit virus mematikan itu

. dan sekarang semua sudah terlambat, suaminya hanya bisa tergolek lemah, sekar tidak tahu sampai kapan dhony bisa bertahan, dan dia mulai meraba perutnya yang membesar ..satu ketakutan besar mulai membayang, bagaimana dengan aku?bagaimana dengan anakku?

***

“semoga kamu bahagia disana sayang, mungkin tak akan lama aku juga akan menyusulmu” ucap sekar lirih sambil memegang nisan bertuliskan nama dhony

***

“sudah ndhuk, kamu jangan menyalahkan dirimu terus, semua sudah terjadi sekarang kita harus bekerja lebih giat lagi agar bisa memberikan yang terbaik buat abimanyu anakmu, kalau kamu terus terusan sedih dan nglangut nanti kamu tambah sakit dan lemah”

wanita paruh baya itu mencoba membangkitkan semangat anak satu-satunya, walau hatinya sendiri sudah remuk berkeping-keping mendapati anak gadisnya yang dulu sehat dan cantik jelita sekarang menjadi kurus dan dan semakin lemah karena digerogoti penyakit AIDS, apalagi belakangan diketahu sekar juga menderita kanker, tak hanya berhenti disitu , cucunya yang masih kecil pun tak luput dari virus jahat yang sudah meniadakan ayahnya.

***

“jeng nora…koq galih diijinin main sama abi sih, kan sudah tahu kalau anak itu sakit, apalagi kedua orang tuanya juga sudah nggak ada karena AIDS lho” pagi-pagi bu aris sudah berpidato di dekat gerobak sayur pak udin

“apa??saya itu sudah melarang galih koq bu..dasar bocah bandel, nanti saya larang lagi lebih keras” bu nora geram

“iya ibu-ibu, jangan sampai kita membiarkan anak-anak kita bergaul dengan abi, saya sendiri sebenarnya sudah menghadap kepala sekolah untuk segera mengeluarkan abi dari SD nya, tapi belum digubris sampai sekarang, pokoknya bahaya deh dia” bu aris semakin menggebu

“saya saja sekarang sudah nggak mau lagi membeli gorengannya bu lastri, takut kena AIDS kalo makan gorengannya” bu ria menimpali

“lho..ibu-ibu, bukannya AIDS tak segampang itu menularnya, kemarin saya baca kalau penyakit ini menularnya lewat orang yang gonta ganti pasangan, terus itu pake narkoba yang disuntik suntik itu, sama tranfusi darah kalau gak salah..oh ya ibu hamil juga bisa nularin ke anaknya, jadi kalau Cuma main bareng apalagi beli gorengan kan gak mungkin tertular kan, atau kita mending nanya ke pak dokter puskesmas aja?” tiba-tiba bu ririn menyela

“ah..jeng ririn tahu apa..sudah pokoknya abi itu bahaya, kalau bisa dia harusnya keluar dari kampung ini, bikin malapetaka saja” bu aris tak mau kalah

***

“Nek..koq gorengannya masih banyak?” abi bertanya pada neneknya yang baru saja masuk rumah sai menjajakan dagangannya

“iya, sabar ya le, mungkin hari ini semua sudah pada bikin gorengan di rumah, besok pasti laku” sang nenek tersenyum …getir

______________________________________

JAUHI VIRUSNYA BUKAN ORANGNYA…

(mencoba merangkai kata untuk memperingati hari AIDS sedunia, maaf bila nggambleh, maklum saya bukan peracik kalimat yang baik, salam fiksiana) sumber gambar :soebariadi.blogspot.com

13541855671395092644
13541855671395092644

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun