Kemarin dengan segala keisengan, saya bertaruh dengan teman kost untuk menemaninya nonton sinetron “menye-menye” khas negeri ini, dan ternyata belum genap separuh perjalanan, mata sudah tidak bisa diajak kompromi dan kepala mulai senut-senut dengan alur cerita yang sangat di luar logika bodohku. Fiuh terpaksa menyerah dan angkat kaki dari depan televisi, pantas saja kalau ada yang bilang, terlalu banyak menonton sinetron dapat menyebabkan hipertensi dan sakit hati hehehe. Dan seperti biasa kenangan membawaku kepada sebuah serial import yang dulu sering aku lihat ketika masih bocah, judulnya “Full House”.Drama komedi keluarga asal Amerika Serikat yang menceritakan tentang kehidupan seorang pembawa acara televisi Danny Tanner (Bob Saget) yang juga seorang single parent dengan ketiga anak perempuannya DJ (Candace Cameron), Stephanie (Jodie Sweetin) dan Michelle (diperankan bergantian oleh Ashley Olsen dan Mary Kate Olsen), istrinya meninggal dalam suatu kecelakaan, oleh karena itu Dany meminta Jesse (Josh Stamos) adik angkatnya yang seorang bintang musik rock dan Joey (Dave Coulier) sahabatnya yang seorang komedian untuk tinggal bersama dan membantu merawat ketiga anaknya. Seperti kebanyakan serial keluarga amerika, maslah yang timbul disini adalah masalah sehari hari dari yang remeh temeh sampai yang agak berat, namun semua dapat diselesaikan dengan sangat manusiawi, tidak ada tokoh yang sangat baik, ataupun tokoh yang sangat jahat. Serial ini memperlihatkan juga kepada kita, bahwasanya yang namanya keluarga tidak selalu harus terdiri atas ayah, ibu dan anak, karena kasih sayang orang tua pun ternyata bisa diperoleh dari “orang lain” seperti paman angkat, tetangga dan teman. Disini juga pernah diceritakan ketika DJ menginjak masa remaja dan sempat kehilangan kepercayaan diri karena merasa tidak cantik , semua anggota keluarga lainnya berjuang untuk bisa menumbuhkan kembali rasa PeDe nya, juga ketika Stephanie merasa seperti dikucilkan ketika ada acara sekolah kemah bersama ibu, maka Joey sigap membantu, walaupun akhirnya ribet juga hehe. Pertengkaran dan adu argumen sering terjadi di rumah meraka, namun tetap bisa diselesaikan dengan satu rumus kasih sayang (mungkin mirip-mirip di komapsiana kali ya...hehehe) Pada akhirnya semua sadar, bahwa apa yang dimiliki mereka saat ini adalah yang terbaik, yang harus terus dijaga, dan tidak perlu harus merasa iri terhadap apa yang tidak kita punyai, karena pada dasarnya dengan kasih sayang semua menjadi lebih indah, tetap saling menghargai dan tak lupa meminta maaf atas kesalahan serta berterimakasih atas setiap kebaikan yang kita terima. Serial yang penuh pesan sederhana dan mengena, itu saja yang dapat saya ingat…bagusnya tontonan di masa dulu, tak ada sumpah serapah, caci maki dan tangisan yang tak henti henti seperti saat ini…..hehe,salam jadul *Sumber IMDB dan Pakdhe Google,bulik you tube*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H