Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cerita Nek Min dan Pencopet Amatir

22 Februari 2016   15:49 Diperbarui: 22 Februari 2016   17:54 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini baru saya dapat kemarin langsung dari orang pertama. Agak kenthir sih, tapi lumayan seru pas didengarkan, entah ya kalau dituliskan kembali. Semoga bisa semenarik kemarin, kalau ndak kan masih ada aktual, bermanfaat dan inspiratif. Heueheheuheuhe..piye, enak jamanmu to, nge-vote aja ndak ada yang basi dan provokatif kaya jamane mbahmu.

Baiklah kita kembali ke inti sari pati nukleus of the story. Jadi begini, alkisah ada seorang nenek yang usianya sudah hampir tujuh puluhan. Tapi jangan salah ya, walalupun pembukaan kalimatnya pakai alkisah, tapi cerita ini bener-bener riil ndak ngayawara mirip  sandiwara pengadilan para penjahat berdasi.

Kita panggil saja nenek itu dengan sebutan Nek Min. Nenek yang hampir genap sweet seven(teen)ty ini mengisi waktu luang purna tugasnya dengan berjualan makanan dua kali seminggu. Rumah Nek Min dan lokasi berdagangnya lumayan jauh, kita sebut saja dari Depok city menuju Ragunan State. Sebenarnya Nek Min tidak diperbolehkan berdagang lagi sama anaknya, apalagi pasca sakit yang lumayan serius dan lama. Namun Nek Min berpendapat bahwa dengan jualan dan berinteraksi, maka bisa membuat dirinya lebih sehat dan terhibur.

Nah, karena jarak yang tidak memungkinkan Nek Min untuk ngglundhung, maka sesekali dia diantar anaknya ke lokasi tujuan, kadang Nek Min juga memakai jasa ojek online. Katanya sih lebih enak naek ojek, bebas macet dan semriwing tentunya.

Minggu lalu Nek Min terpaksa naik angkot karena gerimis. Nek Min takut luntur mungkin kalau naik ojek. Nah disinilah sebenarnya cerita dimulai. Disaat angkot sudah lumayan penuh, tiba-tiba ada gelagat tidak baik dari seorang penumpang. Ada seorang pemuda berperawakan sedang terlihat sedang mengincar tas seorang perempuan yang duduk di depannya. Mbak-mbak yang diincar tadi juga merasa sedang menjadi target incaran.

Mbak itu memberi gesture “somebody, please help me!” namun sepertinya penumpang dalam angkot terlihat tidak tahu, atau mungkin tidak mau turut campur dalam masalah personal orang lain. Nek Min yang kebetulan duduk di depan si embak dan tahu kalau ada perempuan yang sedang dalam pelukan ancaman pun segera bertindak.

Mungkin jiwa si pitung sedang bersemayam di dalam raga Nek Min, dengan sigap Nek Min pun membentak si pemuda

“Heh tong (singkatan dari otong, bukan gentong) jangan berani-beraninya kamu ya” Nek Min berteriak, mungkin sambil melotot. Walaupun saya ndak pernah takut kalau dipelototin Nek Min.

Si pemuda yang tidak menyangka akan digalaki sama nenek-nenek sejenak terpana, mungkin malu atau mungki pilu. Pemuda yang mungkin saja sedang tertekan jiwanya karena harus membeli susu dan popok untuk anaknya hanya bisa bengong dan nanar menatap Nek Min yang makin berani. Nek Min kembali nantang. Saya sih sebenarnya agak bingung, ni nenek absurd banget wong pemuda itu Cuma mau nyopet malah disuruh dosa lebih besar buat mbunuh orang, orang tua lagi. jiahh

Entahlah, mungkin si pemuda kemudian kesurupan roh kanguru. Tanpa ba bi bu dia pun meloncat keluar angkot dan lari tunggang langgang menghilang di keramaian jalanan. Seluruh penumpang pun bertepuk tangan terkagum-kagum dengan keberanian Nek Min. mbak yang nyaris dicopetpun bersyukur karenanya, ternyata dia memang membawa banyak uang cash di dalam tas.

Setelah keriuhan mereda, seorang pemuda yang duduk dekat nenek pun berkomentar yang intinya “Wah Nenek hebat sekali deh , berani banget” kata pemuda tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun