Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa Bilang Semua Laki-laki Itu Tak Setia

18 Juni 2012   13:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:49 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggil saja Lik Di…saya sendiri tidak tahu nama lengkapnya. Tapi saya mengenalnya sejak saya masih precil dulu, Lik Di  seorang tukang becak yang biasa mangkal di kompleks perumahan tempat saya tinggal. Kebetulan  juga dia adalah tukang becak langganan untuk menjemput  siswa TK sehingga meringankan tugas para orang tua yang juga bekerja di luar rumah. Walaupun saya tidak berlangganan becaknya dan memilih jalan kaki sepulang sekolah (maklum bolang …bocah ilang), tapi seringkali naik becaknya kalau dia sedang santai di siang hari dan Lik Di dengan senang hati mengayuh becaknya keliling kompleks sekedar menyenangkan hati kami (para anak bandel hihihi ngaku), apalagi ibu juga langganan becaknya ketika pergi ke pasar, jadi kami cukup akrab dengan Lik Di.

Berbeda dengan kebanyakan tukang becak lainnya, yang seringkali mengisi waktu senggangnya dengan tidur ataupun bermain gaple, Lik Di memilih untuk mencari side job yang lain yang dapat menghasilkan uang lebih seperti membersihkan halaman, mengecat pagar rumah atau membetulkan genteng yang melorot. Ketika musim tanam tiba dia juga ikut menggarap sawahnya yang tidak seberapa luasnya demi menambah penghasilan, jadi selepas subuh dia menggarap sawahnya, baru setelah selesai ia mengayuh becaknya.

***

Setelah agak besar barulah saya tahu kalau ternyata Lik Di memiliki dua anak yang masih sekolah, dan dia hampir bisa dikatakan kerja keras banting tulang agar kedua anaknya bisa tetap sekolah, sungguh usaha yang patut diapresiasi. Namun ternyata tak hanya sampai di situ, satu kenyataan hidup harus Lik Di terima karena istri yang setia menemani hidupnya dan juga turut membantu menopang perekonomian keluarga  jatuh sakit (kalau tidak salah karena kanker) dan harus dirawat dalam jangka waktu yang lama serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Usaha mendapatkan penghasilan tambahan agar istrinya tetap survive dilakukan sepanjang hari, namun Lik Di tetap profesional, ketika di siang hari job nya adalah sebagai penjemput anak TK, maka ia akan tetap memasang wajah riang gembira dan sembari bercerita aneka ragam dongeng  kepada mereka walaupun hatinya tengah dilanda kesedihan.

Bertahun-tahun istrinya bertahan dengan kondisi yang semakin memburuk, namun Tuhan lebih sayang dan memanggilnya kembali. Dalam kondisi seperti itu Lik Di berusaha untuk tetap sabar dan tawakal, dia masih ingat bahwa dia masih punya anak-anak (waktu kejadian keduanya masih kecil -kecil) yang bergantung padanya, ia mencoba untuk segera pulih dan tetap semangat demi mereka.

***

Tahun demi tahun berganti, ingatan saya kan Lik Di pun mulai mengabur. Tapi ketika saya pulang kampung beberapa saat lalu saya dikejutkan dengan suara dari belakang

“mbak…in ayo tak antar sampai rumah”

sontak saya menoleh ke belakang karena suara itu tak asing di ruang dengar dan melihat satu sosok paruh baya tengah mengayuh becaknya dengan raut muka bahagia

“ehh…Lik gimana kabarnya?halah…wong rumah dah sak plinthengan buto wae nggak usah ah…aku mau jalan kaki saja..sehat” begitu jawabku

dan bla bla bla …selanjutnya (karena akhirnya dia menghentikan becaknya dan saya ngobrol dengannya) tak salah lagi dia memang sedang gembira karena putri sulungnya baru saja selesai menyelesaikan pendidikan AKPER nya…wowww surprise sekali putrinya sudah menjadi seorang perawat…saya benar-benar senang mendengarnya, dan satu lagi si bungsu juga tengah menjalani pendidikan di salah satu SMK.

Lik Di bercerita bahwa selepas istrinya wafat, dia berjuang untuk bisa membesarkan anak-anaknya seorang diri, dia belajar berperan menjadi seorang ibu sekaligus seorang ayah. Berat memang, namun semua dijalani dengan ikhlas karena tekadnya hanya satu, agar anak-anaknya bisa mendapat pendidikan layak dan kelak tidak mengikuti jejaknya sebagai penarik becak.

Daripada penasaran, saya pun menanyakan apakah sekarang dia juga telah beristri lagi (karena bagaimanapun menjadi orang tua tunggal itu sangat tidak mudah, terebih bagi  seorang laki-laki ), dan sembari tersenyum Lik Di menjawab belum.

“sebenarnya anak saya juga sudah mengizinkan saya untuk menikah lagi, tapi saya belum memikirkannya lagi, saya hanya ingin melihat anak saya berhasil dulu, mendapatkan pekerjaan yang bagus, syukur-syukur bisa segera nikah sehingga istri saya disana juga bisa lega, bangga dan bahagia seperti saya sekarang ini”

JLEB…..duhhhh….sumprit saya pun hanya bisa tersenyum saat itu, karena sudah hilang semua kosakata nggambleh ini bahkan untuk sekedar cieeeeee romantisnya…. ^^

Pemahaman bahwa seorang lelaki yang ditinggal pasangannya akan segera mencari penggantinya secepat mungkin pun luruh seketika…..

___________________________________________

Selamat malam semuaaa….hihihi boleh dong sekali kali nulis agak serius dikit apalagi katanya kemarin Fathers Day ya kalo nggak salah…..Selamat Hari Ayah untuk semua pria kompasiana hehehehe…semoga semua dapat menjadi anak yang menyenangkan orang tuanya, suami yang membahagiakan istrinya dan ayah yang membanggakan anaknya ….salam ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun