Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Legenda Campur Sari itu Telah Pergi

9 Maret 2012   13:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:18 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebenarnya saya sudah membaca sekilas tentang berita ini dari sebuah media on line tadi pagi, dan mungkin telah banyak yang mengulasnya.Namun tak ada salahnya jika saya kembali  menulisnya sekarang.

Bagi para penggemar musik Campur Sari tentunya nama Manthous sudah tidak asing lagi, dan hari ini Legenda Campur Sari itu telah pergi untuk selamanya. kepergian sang Maestro yang satu ini tentunya cukup membuat rasa kehilangan. Setelah sempat mengalami stroke beberapa waktu lamanya yang mengakibatkan beliau tidak bisa banyak berkarya lagi.

Sekitar tahun 1990 an, Manthous  bersama dengan saudaranya mulai membuat aransemen Campur Sari dalam format yang baru dengan memadukan gamelan tradisional dan peralatan musik modern, sehingga menjadikan irama campur sari menjadi lebih dinamis dan dapat diterima oleh banyak orang, tidak hanya terbatas di pedesaan saja. Kebetulan saya pernah melihat Live Performance Manthous dan CSGK nya di sebuah hajatan teman dan  memang benar-benar dahsyat tenan...mantap jaya pokoke.

Suara khas Manthous sampai sekarang tetap digemari dan mendapatkan tempat di hati masyarakat  seperti di lagu Gethuk, Nyidam Sari, Pipa Landa, Randa Kempling, Jambu Alas dan masih banyak lagi. Dan sampai saat ini saya masih sering mendengar lagu ini dimainkan di acara acara "nduwe gawe" di daerah saya hehehe.

Selamat jalan Pak manthous, Sugeng Kondur. kepiawaian anda akan senantiasa saya ingat, karena saya memang penyuka Campur Sari ...semoga masih banyak seniman muda yang mau melestarikan musik musik daerah sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Salam Kompasiana dan Selamat Malam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun