Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Requiem For a Dream: Kuburlah Semua Mimpi dengan Narkoba [Bukan Review]

11 Maret 2014   15:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:04 3466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyerahkan semua mimpi indah pada kekuasaan narkoba, mungkinkah? yang kutahu narkoba hanya akan mengubur mimpi bahkan hidupmu…

***

Gara-gara Jared Leto menang Oscar di film Dallas Buyers Club saya jadi ingin melihat akting si kakak di film yang  lain, butuh waktu dan mood yang tepat untuk kembali menonton film jadul keluaran tahun 2000 ini, kenapa begitu? Karena film ini sangat depresif menurut saya, membuat hati menjadi pedih karena ironi yang terpapar sepanjang durasi, tapi bagaimanapun kelam dan gelapnya film garapan Darren Aronofsky  ini adalah sebuah karya “gila” yang terbaik.

Tak sedikit film yang mengangkat cerita tentang bahaya narkoba ,dan Requiem For a Dream adalah salah satunya. Merupakan hasil adaptasi novel Hulbert Selby Junior, film ini menyajikan sebuah potret kecanduan drugs dengan detail  mengerikan, dan menurut saya Requiem for a dream layak menjadi film terbaik bertema drugs addict yang pernah saya tonton sampai saat ini.

***

Berkisah tentang seorang perempuan tua kesepian yang  hidup sendiri, suaminya telah lama meninggal dan anak satu-satunya sibuk dengan “dunia” nya sendiri. Sara Goldfarb (Ellen Burstyn) sang wanita malang itu hanya berteman dengan televisi kesayangannya dan dia sangat bermimpi untuk dapat ikut dalam acara favoritnya. Dan impiannya seperti mendekati kenyataan ketika ada kesempatan itu datang, Sara sangat terobsesi untuk dapat tampil dengan gaun merah yang dipakainya saat anaknya Harry (Jared Leto) wisuda. Tentu saja kejadian itu  sudah bertahun silam berselang, tubuh Sara tak selangsing dulu, dan gaun merah yang Nampak indah dimatanya dulu sudah tak cukup lagi.

Di lain sisi, ada Harry dan Tyrone (Marlon Wayans) dua orang sahabat yang sudah lama kecanduan narkoba, bahkan Harry selalu menjual tivi kesayangan ibunya demi untuk mendapatkan barang haram tersebut. Tak cukup sampai disitu Marion (Jennifer Connely) pacar Harry pun juga sama-sama drugs addict yang hanya bermimpi untuk bisa hidup bahagia dengan sang pacar walaupun di kehidupan aslinya marion anak orang berpunya.

***

Plot  sederhana tentang kehidupan tiga remaja pecandu narkoba berhubungan dengan Sara Goldfarb yang tak lain adalah ibu kandung Harry. Kisah mereka berempat memiliki benang merah yang sama yaitu “kecanduan”. Jika Harry, Marion dan Tyrone adalah pecandu narkoba yang sudah kronis, maka Sara adalah seorang pecandu “obat pelangsing” karena obsesinya untuk dapat mengenakan gaun merah kesayangannya. Obat diet yang semula tak terlihat berbahaya ternyata juga membawa Sara tenggelam dalam kubangan candu yang tak kalah mengerikan dengan kokain dan heroin yang dikonsumsi anaknya.

Walaupun hampir tak pernah “sadar” harry dan tyrone mempunyai mimpi untuk menjadi “besar”, menjadi “seseorang” yang berkelimpahan harta agar hidup mereka menjadi bahagia seperti mayoritas manusia di dunia. Namun cara yang ditempuh adalah jalan menuju jurang tak berdasar, keduanya sepakat untuk menjadi Bandar kelas teri, namun mereka tak kunjung berhenti menjadi pecandu. Awalnya semua seperti baik-baik saja dan upaya meraih mimpi menjadi orang kaya tergambar jelas di mata, namun apa daya ternyata semua hanya fatamorgana yang menghasilkan sesal tak berkesudahan di akhir cerita.

Melihat hubungan Harry dan Sara di film ini pun terasa menyesakkan, ibu dan anak, keduanya saling menyayangi, tapi keduanya juga saling menyakiti karena menempuh jalan yang salah, yaitu bersahabat dengan drugs.

***

Film ini memiliki visualisasi yang memukau dengan beberapa cara pengambilan gambar yang tidak biasa, indah tapi menyakitkan, bagaimana tidak, ,semua ilusi dan halusinasi ketika seseorang sedang di alam bawah sadarnya akibat pengaruh obat-obatan digambarkan dengan gamblang dan mengerikan, obsesi dan mimpi akan kehidupan yang lebih baik digambarkan dengan sangat sangat ironis. Impian yang sebenarnya tak harus berakhir mengenaskan jika saja tidak berkawan dengan drugs.

Para artis melakonkan peran masing-masing dengan sangat brilian, dua jempol untuk akting Ellen Burstyn yang benar-benar total, transformasi dari perempuan tua kesepian menjadi seorang pecandu kelas berat dan lebih gila dari orang gila “hanya” dimulai dari sebuah obsesi tampil langsing di televisi dengan gaun merah dan memberi pengumuman pada dunia bahwa hidupnya bahagia, hei dan Ellen sudah berusia 68 tahun saat film dibuat, so cool mam.Ketiga pemeran lainnya pun tak kalah hebat bermain disini, perih, duka, euphoria, bahagia dan sakit yang mereka rasakan karena narkoba tergambar dari semua akting mereka.

Jangan abaikan juga scoring musiknya, digarap dengan apik oleh Clint Mansell dan Kronos Quartet benar-benar sangat menghanyutkan dan menambah pilu suasana.

***

Akhirnya apa yang bisa didapat dari menonton film berdurasi 102 menit ini? Hmm.. saya bukan termasuk penganut bahwa sebuah film harus ada pesan moralnya, terlalu berat untuk saya yang kurang cerdas ini, sebuah film akan memilik dampak yang berbeda untuk orang yang menontonnya. Namun film yang tetap saja membuat sedih setiap kali menontonnya ini adalah sebuah karya yang sangat saya sarankan untuk ditonton, terutama untuk orang tua apalagi yang memiliki anak beranjak remaja. Namun bagaimanapun film ini ratingnya R (Restricted) alias khusus dewasa, banyak adegan yang mungkin tidak pantas ditonton remaja, sehingga   pendampingan oleh ortu mutlak dilakukan sambil ada diskusi setelah menontonnya kenapa bisa begini kenapa bisa begitu, hitung-hitung sebagai sebuah kampanye anti narkoba yang juga sedang gencar dilakukan saat ini dan saya berharap gambaran keji dampak narkoba akan membuat putra-putri anda bergidik dan ngeri untuk menyentuh barang haram tersebut walau dengan alasan icip-icip sekalipun.

Sungguh tak ada untungnya bergaul dengan “obat-obatan” aditif itu, pada dasarnya obat akan menjadi penyembuh jika dikonsumsi sesuai takaran dan berubah  menjadi toksik, racun yang membahayakan bila dikonsumsi tidak sesuai aturan.

***

Teruslah bermimpi untuk kehidupan yang lebih baik, tapi jangan pernah melibatkan narkotika dan obat-obatan terlarang di dalamnya, ya anda akan mendapatkan “kehidupan indah” sesuai harapan di awalnya, namun anda tak menyadari bahwa itu hanya “kebahagiaan semu” yang sekejap mata akan raib berganti dengan “penderitaan nyata” yang tak berkesudahan dan terlambat disesali. Jadi masih mau bermain dengan drugs? Saya pastikan semua tak akan berakhir bahagia dengan narkoba.

salam

sumber gambar : www.imdb.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun