Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Lebai #Rapopo [Kejahatan dalam Angkutan Umum]

9 Juni 2014   14:53 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:35 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat pagi para sahabat, apa kabar hari ini sehat dan tetap bersemangat pastinya. Bukan hendak meniru jargon seorang komika jika saya membuka alinea dengan sapaan tadi, tapi bukankah di zaman serba cepat ini ritual menanya kabar yang sering disebut basa-basi itu sudah lama tergerus, tersingkir demi sebuah hal yang bernama efisiensi waktu. Tapi bagi saya sebuah sapaan seperti itu akan sangat lebih baik terucap daripada tanpa preambule apapun mak jegagik saya langsung tancap gas bertanya, “gimana kerjaan yang kemarin sudah selesai kan?” atau baru saja datang dan ketemu depan pintu lift tetiba disapa “laporannya cepat diprint ya, buat bahan meeting 10 menit lagi”. Oke, benar memang kita harus serba kilat, cepat, berlari sprint terus supaya tak ketinggalan arus  tapi mbok ya jangan lupa juga bahwa hakikat manusia itu katanya mahluk  sosial, maka menyapalah, tanyakan kabar lebih dulu kepada temanmu yang hendak kau ajak bicara, biar saja dia mengira pertanyaanmu kuno, basa-basi dan ndak up to date, tapi cobalah sesekali dan buktikan bahwa ritus jaman baheula ini akan membawa kita menjadi lebih bahagia mengawali hari.

Nah kan kebiasaan memang, selalu saja saya nggambleh gak jelas, padahal niatan hati itu ndak akan bahas ini lho, jadi sebenarnya saya itu mau cerita, he em cerita kaya biasanya saja, yang kadang ada manfaatnya, tapi seringkali cuma pepesan kosong belaka. Jadi buat sahabat yang mau nerusin mbaca monggo dengan senang hati saya akan meneruskan ketikan ini, tapi bagi yang buru-buru hendak beraktivitas lainnya juga saya persilahken buat dilanjut, soalnya nerusin mbaca tullisan ini ndak akan membuat para sahabat bertambah ilmu, paling cuma bertambah jemu dan mecucu heuheuheu.

***

Oke mari kita lupakan saja dua paragrap diatas, jadi begini ceritanya. Kemarin itu lak saya mau pergi cari sesuatu, yo katakanlah cari buku biar kelihatan sok-sokan gitu, lha tentu saja wong tempatnya agak jauh ya terpaksanya saya ndak mungkin jalan kaki, maka dari itu saya pun pakai jasa sopir pribadi yang selalu gonta-ganti tiap ganti mobil buat nganterin, he em ndak usah bingung sopir pribadinya bisa gonta ganti soalnya itu sopir angkot.

Katakanlah kemarin saya itu hendak ke pasar minggu sanaan dikit, nah dari tempat saya itu ada angkot sebut saja namanya S 14+1 A ,warnanya merah cabe rawit,bukan cabe-cabean, angkot ini rutenya ragunan - taman mini, jadi dia seperti penghubung dari tempat wisata rakyat yang satu ke yang lainnya. Rute yang ditempuh pun mbulet mirip mbako susur buat nginang mbah-mbah, pokoke nglewatin pasar minggu sampai pasar rebo, untung ndak urut dari pasar senen dulu.

***

Seperti biasa angkot berjalan gas pol rem blong, sesekali ngepot kanan buat nyalip kendaraan lain dan mak bedundug banting kiri buat turun naik penumpang yang juga sembarangan rikuesnya, pokoknya tempat duduk empat enam plus dua sukur-sukur bisa jadi enam sepuluh plus empat (bagi angkotwan angkotwati pasti paham huihihihi). Tak ada yang aneh dan mencurigakan selama angkot berjalan lima belas menit pertama, masih ada jeda diantara bangku yang tersedia. Namun sesampaianya di pertigaan mangga besar, penumpang mulai naik satu demi satu (saya perhatikan 5 orang penumpang baru) dan akhirnya berjejal. Kebetulan para penumpang baru itu laki-laki semua dengan penampilan yang beraneka rupa (tidak satu gaya) dan naik  dari tempat yang sedikit berjarak (tidak dalam satu  titik).

Suasana masih seperti biasa, namun saya dan seorang teman yang boleh dibilang pakar pengguna transportasi umum langsung berpandangan curiga dan mulai bersikap lebih waspada sambil pasang tampang “wani piro? eh salah maksud saya wani macem-macem awas kamu!” , bukan karena kami membawa banyak benda berharga dalam tas, tapi yang namanya melindungi diri dan barang bawaan memang mesti kita lakukan sendiri jika sudah masuk dalam area public seperti sarana transportasi umum, karena tak bisa dipungkiri bahwa kejahatan diatas kendaraan bersama ini sudah sangat biasa.

Dan benar saja ternyata tingkah sok lebay kami pasang kuda-kuda tak sia-sia, baru juga angkot berjalan kurang dari lima menit semenjak pak sopir menaikkan lima penumpang barunya lha koq salah satu mas-mas agak gembul yang duduk persis depan saya dengan pakaian t-shirt biasa plus celana tanggung mengaduh gak jelas sambil memegangi kaki kananya yang seperti habis kena tackling Rio Ferdinand, omongannya meracau ndak jelas sambil nunjuk-nunjuk jendela minta dibuka, sementara kakinya yang jempolnya saja segede talas bogor langsung diangkat naik ke samping saya, hadeuh hadeuh mas..tempat duduk saya jadi nambah sempit ni. Oke-oke mungkin para sahabat mengira saya sejenis alien tanpa perasaan wong ada orang kesusahan sakit kakinya malah ndak dibantu, ya bukannya apa-apa, saya itu agak bisa dikit mbaca ekspresi wajah, lha mas gembil ini aktingnya ndak natural blas, keliatan banget kalau dia itu ndak sakit kakinya,ya jelas saya ndak mau ikutan heboh donk.

Nah kan dugaan saya bener juga, tiba-tiba mas-mas di samping saya yang dandanannya rapi macam orang kantoran langsung menjadi hero, dengan hebohnya dia ngangkat kaki mas gembil yang terus mengaduh dan meracau, dia agak memaksa saya untuk turut serta mbantu dia dan dengan begitu tempat duduk saya telah terisi dua kaki mas gembil jadi aku kudu piye duduknya coba, harusnya mas perlente itu kan nanya dulu ama mas gembil kakinya kenapa koq jerit-jerit gitu bukan langsung ambil tindakan taknis mirip dokter orthopedi. Nah ternyata di tengah kehebohan dalam angkot yang terus melaju dan sopir yang saya lirik tampak cuek namun prihatin, lha koq bapak-bapak berwajah sederhana dengan tas ransel dipangkuannya yg duduk di depan teman saya (sebelah mas gembil)  malah tangannya bergerilya ke depan hendak menjangkau tas dompet teman saya, langsung saja teman saya yang memang sudah siaga, penggalang,penegak bahkan Pembina itu melotot dan menepis tangan jahat itu dengan sekali sentakan. Saya yang sadar keadaan akan semakin buruk pun ngasih kode ke teman dan serentak bilang “KIRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII BANG!!!!....”

Angkot pun njondil ke kiri, mas perlente disamping saya masih sempat menanyakan kiri mbak?dengan tatapan curigesyen dan tetap dengan posisi megangin kaki mas gembil yang menyilang menhalangi saya untuk lewat keluar. Lha namanya ndak bersyukur sama sang Maha Pencipta kalau saya ndak bisa memanfaatkan potensi yang saya punya, berbekal wajah antagonis ,saya pun bilang permisi dengan mimik penuh intimidasi, dan dia kalah pamor akhirnya nglepasin kaki itu, lha harusnya kalo sakit beneran, mas gembil itu mestinya njerit luar biasa donk, ini malah diam aja. Eee…lha koq ndilalahnya sampai pintu keluar masih dipersulit dengan duo bapak-bapak standar yang sengaja duduk serampangan dekat pintu, karena gak sabar yo saya ikutan eksyen ndak sengaja nginjak kaki, mak nyuttt..lumayan kan.

***

Meski perjalanan belum sampai tujuan tapi saya memilih turun dulu, ya mungkin pas saya masih waspada kejahatan itu tak akan menimpa, tapi saya sendiri ndak yakin akan sanggup waspada terus sepanjang jalan, apalagi dengan aksi berkelompok gitu yang terkadang kalau sudah frustasi mereka akan mengeluarkan senjata yang bisa melukai korbannya. Bukannya sekali ini saja saya menemukan rombongan copet, tapi memang harus diakui para pelaku kejahatan di jalanan selalu memperbaharui modusnya dari waktu ke waktu. Jika modus yang satu sudah banyak diketahui para calon korban, maka mereka akan menggantinya dengan modus yang lain agar kriminalitas bisa terus lestari.

Sempat para copet menyaru bertampang anak kuliahan bahkan orang kantoran, ada juga yang pura-pura ngejatuhin koin recehan, ada yang langsung terang-terangan mepet korban sambil ngeluarin sebilah pisau lipat, ada yang pura-pura ngajak ngobrol terus sampai korban lengah, ilmu gendam dan hipnotis dan modus orang sakit seperti kejadian yang kemarin saya alami kata teman saya yang tiap hari ngangkot ternyata bukan hal yang baru, hmm maka berhati-hatilah kawan.

Satu yang pasti kejahatan di jalanan itu terjadi tak harus dengan alasan tertentu untuk menghabisi harta korban. Jaman sekarang ini mereka sudah tak pilih-pilih lagi sasaran, tapi tetap saja para korban adalah orang yang konsentrasi  dan kewaspadaannya tidak  full. Jadi apapun yang sedang terjadi tahanlah diri untuk tetap fokus, jangan mudah terkena bujuk rayu oleh orang yang baru saja dikenal  dan ngobrol seperlunya saja, gunakanlah aksesori seperlunya dan tidak berlebihan, usahakan duduk tidak di pojok belakang jika naik angkot, karena akan menyulitkan anda untuk kabur ketika terjadi sesuatu, bawalah benda yang dapat melindungi diri jika bepergian, pasanglah wajah seolah telah terbiasa dengan situasi walaupun mungkin baru pertama kali ngangkot dan yang jangan sampai terlupa adalah selalu berdoa meminta perlindunnganNya setiap hendak melakukan perjalanan.

***

Ya sudah cerita panjang ini saya akhiri dulu, mungkin lain waktu bisa disambung lagi tapi moga-moga enggak sih, soalnya kalau disambung lagi berarti saya mesti ketemu dengan rombongan copet yang lain gitu, heuhhh sori-sori deh, mending saya ketemuan sama adam Levine yang bentar lagi mau merit huweeeee…..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun