Dalam era digital yang terus berkembang, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Namun, untuk memahami implikasi sebenarnya dari kemajuan teknologi AI, penting bagi kita untuk melihatnya melalui sudut pandang perspektif postmodernisme. Perspektif ini menyoroti bagaimana teknologi AI mempengaruhi konstruksi realitas, identitas, dan hubungan kekuasaan dalam masyarakat modern. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pengaruh dan dampak kemajuan teknologi AI dari perspektif postmodernisme.
Teknologi AI (Artificial Intelligence) merujuk pada pengembangan komputer dan sistem yang dapat melakukan tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. AI mencakup berbagai teknik seperti machine learning, deep learning, natural language processing, computer vision, dan robotika cerdas. Yang dimana AI adalah bidang studi yang berfokus pada pengembangan mesin dan sistem yang dapat berpikir dan belajar seperti manusia. Tujuan utama AI adalah untuk memungkinkan mesin untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan pemahaman, pengambilan keputusan, pemrosesan bahasa, penglihatan komputer, dan interaksi manusia-mesin yang lebih kompleks.
Kecanggihan teknologi AI dapat membuat beberapa dampak jika dilihat dari perspektif postmodernisme seperti menimbulkan konstruksi realitas relatif. Teknologi AI telah menciptakan realitas yang relatif dalam kehidupan kita. Misalnya, algoritma yang mendasari platform media sosial dan mesin pencarian dapat mempersempit paparan informasi kita, menciptakan "gelembung informasi" yang hanya menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi dan perilaku sebelumnya. Ini mengarah pada pengalaman realitas yang terfragmentasi, di mana kita dapat terjebak dalam ruang informasi yang terbatas dan kehilangan perspektif alternatif yang penting. Kemudian munculnya Identitas yang Terfragmentasi, Kemajuan teknologi AI juga berdampak pada identitas individu. Di era media sosial dan AI, individu dapat membangun dan mengelola berbagai identitas online yang terfragmentasi di berbagai platform. Hal ini mengarah pada tantangan dalam memahami kesatuan dan konsistensi identitas pribadi. Identitas online dapat terdistorsi oleh algoritma yang menampilkan konten yang disesuaikan dengan preferensi kita, membentuk citra diri yang mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan identitas sebenarnya.
Teknologi AI juga memainkan peran dalam permainan kekuatan dan pengetahuan dalam masyarakat. Algoritma dan sistem AI dikendalikan oleh pihak tertentu yang memiliki pengetahuan dan akses ke teknologi tersebut. Hal ini dapat menghasilkan kesenjangan dalam distribusi sumber daya dan kesempatan, memperkuat ketidaksetaraan sosial, dan menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap teknologi AI.
Dalam perspektif postmodernisme, kemajuan teknologi AI tidak hanya merupakan perubahan teknis semata, tetapi juga mencerminkan pergeseran yang lebih dalam dalam cara kita memahami dan berinteraksi dengan dunia. Konstruksi realitas yang relatif, identitas yang terfragmentasi, kekuasaan dan kontrol yang tersembunyi, serta permainan kekuatan dan pengetahuan adalah beberapa dampak utama yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk secara kritis menghadapi dan berdialog tentang implikasi etis dan sosial dari kemajuan teknologi AI, sehingga kita dapat mengarahkannya menuju perubahan yang lebih inklusif dan berkelanjutan
penulis : Iin Komala Sari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H