Anemia adalah penyakit kekurangan sel darah merah. Jika kadar hemoglobin ibu kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua, ibu hamil tersebut dianggap anemia. Anemia disebabkan oleh kurangnya pembentukan sel darah merah di sumsum tulang belakang, perdarahan ekstrakorporeal (perdarahan), penghancuran dini sel darah merah dalam tubuh (hemolisis), faktor nutrisi, penyakit dan pengaruh genetik. Saat ini, anemia merupakan masalah gizi yang patut mendapat perhatian dan menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Ibu hamil merupakan kelompok yang rentan terkena anemia. Hal ini dikarenakan kebutuhan zat besi ibu hamil semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilannya.Â
Anemia pada ibu hamil yang tidak diobati dapat menyebabkan tumbuh kembang janin dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan masalah selama kehamilan. Di bawah ini, akan menerangkan tentang resiko mengalami anemia dan cara pencegahan anemia selama kehamilan bagi ibu dan bayi.Â
Jika ibu menderita anemia selama kehamilan, masalah yang mungkin dialami bayi antara lain:
1. Lahir lebih awal dimungkinkan lahir sebelum 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena kurangnya zat-zat penting selama pertumbuhan janin.
2. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500g. Hal ini dipengaruhi oleh kekurangan nutrisi selama kehamilan, dan meskipun ibu berusia di bawah 20 tahun pada saat pembuahan, ia terkena penyakit kronis yang menyerang ibu hamil.
3. Cacat lahir berbahaya bagi perkembangan struktur organ janin sejak masa perkembangannya. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti genetika, kelainan kromosom, infeksi, rubella, serta masalah nutrisi dan hormonal.Â
Hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk mencegah anemia adalah:
1 . Makanlah makanan sehat bergizi setiap hari, terutama makanan kaya zat besi dan asam folat.
2. Membutuhkan lebih banyak vitamin C
3. Meminum suplemen
Sumber Pustaka :