Baru-baru pemerintah melonggarkan peraturan Covid-19. Euforia nampak di setiap lapisan masyarakat. Terlebih kita semua boleh pulang kampung bertemu keluarga tercinta setelah dua tahun pandemi. Bahagia rasanya hati ini.
Sekolah sudah diizinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) 100% dari kapasitas. Anak-anak terlihat ceria dan gembira bersua dengan teman secara riil dan konkret dalam dunia nyata. Bukan dalam dunia maya melalui layar monitor.
"Kenapa aku baru sampai, sudah disuruh pulang lagi? Aku masih mau main," sepenggal kalimat yang dilontarkan seorang murid kami ketika PTM hanya 50% dari kapasitas dan berdurasi pendek dari biasanya. Sedih mendengarnya tapi itu langkah terbaik ketika itu.
Apa yang terjadi andai virus ini menjadi momok di dunia pendidikan?
Penampakan Hepatitis Misterius
Artikel "Ancaman Hepatitis Misterius pada Anak" terbitan Kompas tanggal 27 April 2022 membuat keresahan masyarakat. Hepatitis ini dikabarkan belum diketahui asal-usulnya. Namun sudah ditemukan pada 12 negara, Inggris, Irlandia, Spanyol, Israel, Amerika Serikat, Denmark, Belanda, Italia, Norwegia, Perancis, Romania, dan Belgia.
Di Indonesia, pemantauan pun dilakukan pada pelaku perjalanan terutama dari negara terjangkit. Mengingat sudah ada kasus meninggal di Jakarta. Tiga orang anak meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo diduga tertular penyakit itu. (Kompas, 4 Mei 2022).
Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan untuk segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat bila menemukan indikasi tidak biasanya pada anak.
Deteksi Dini Perlu Dilakukan
Indikasi awal anak mengalami hepatitis akut parah dilansir oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), WHO dan Kementerian Kesehatan:
- Penurunan kesadaran
- Demam tinggi atau ada riwayat demam
- Adanya perubahan warna urin (gelap) dan/atau feses (pucat)
- Menguningnya kulit
- Gatal, nyeri sendi, atau pegal-pegal
- Sakit perut, mual, muntah
- Lesu, hilang nafsu makan
Kewaspadaan perlu ditingkatkan untuk segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat bila menemukan perubahan tidak biasanya pada anak. Hindari analisa dan diagnosa individu.