Mohon tunggu...
IING FELICIA
IING FELICIA Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Educator, Author, Trainer, Certified Teacher

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelestari Tiga Kata Ajaib yang Nyaris Punah

16 April 2022   14:14 Diperbarui: 16 April 2022   14:16 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya jadi teringat ketika sedang asyik jalan di mal bersama teman, tetiba ada orang yang menubruk dari depan. Alih-alih minta maaf, justru penabrak yang lebih galak. "Gimana sih, jalan enggak lihat-lihat." Padahal dia sibuk mengamati telepon genggam tanpa peduli sekitarnya.

Untung ditenangkan oleh teman. Kalau enggak, adu mulut bakal terjadi.

Bagi sebagian orang ucapan terima kasih adalah tidak penting. Padahal kata sederhana itu memperkuat hubungan emosional.

Saat sedang terburu-buru meminta bantuan pasangan atau teman. Sementara dia juga sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Dengan ucapan terima kasih yang tulus, maka emosinya akan mereda karena ia merasa dihargai.

Bagaimana dengan permisi?

Permisi dapat mengikis ego dan keangkuhan diri dan menghargai orang lain.

Saya dan suami sedang antre membeli karcis bioskop (sebelum pandemi). Terlihat seseorang memotong jalur tanpa permisi. Sontak, emosi orang yang diselak meluap. 

Ia menepuk pundak orang itu dan mengatakan "Jangan main selak aja!" Antre di belakang bro! Bukannya minta maaf, justru penyelak melotot dan bertolak pinggang. Waduh...!

Penyebab kepunahan

Kerasnya kehidupan merubah warna perilaku seseorang menjadi labil, kasar dan tak beradab. Kemoralan merosot. Pengaruh lingkungan menyeret kepribadian menjadi lupa norma dan etika yang seharusnya ditularkan kepada anak-anak.

Orang tua terlalu sibuk dengan biaya hidup yang semakin melambung.  Tekanan hidup memuncak. Dinamika pekerjaan menguras energi dan perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun