Saya jadi teringat ketika sedang asyik jalan di mal bersama teman, tetiba ada orang yang menubruk dari depan. Alih-alih minta maaf, justru penabrak yang lebih galak. "Gimana sih, jalan enggak lihat-lihat." Padahal dia sibuk mengamati telepon genggam tanpa peduli sekitarnya.
Untung ditenangkan oleh teman. Kalau enggak, adu mulut bakal terjadi.
Bagi sebagian orang ucapan terima kasih adalah tidak penting. Padahal kata sederhana itu memperkuat hubungan emosional.
Saat sedang terburu-buru meminta bantuan pasangan atau teman. Sementara dia juga sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Dengan ucapan terima kasih yang tulus, maka emosinya akan mereda karena ia merasa dihargai.
Bagaimana dengan permisi?
Permisi dapat mengikis ego dan keangkuhan diri dan menghargai orang lain.
Saya dan suami sedang antre membeli karcis bioskop (sebelum pandemi). Terlihat seseorang memotong jalur tanpa permisi. Sontak, emosi orang yang diselak meluap.Â
Ia menepuk pundak orang itu dan mengatakan "Jangan main selak aja!" Antre di belakang bro! Bukannya minta maaf, justru penyelak melotot dan bertolak pinggang. Waduh...!
Penyebab kepunahan
Kerasnya kehidupan merubah warna perilaku seseorang menjadi labil, kasar dan tak beradab. Kemoralan merosot. Pengaruh lingkungan menyeret kepribadian menjadi lupa norma dan etika yang seharusnya ditularkan kepada anak-anak.
Orang tua terlalu sibuk dengan biaya hidup yang semakin melambung. Â Tekanan hidup memuncak. Dinamika pekerjaan menguras energi dan perhatian.