Setiap individu normal pasti mengharapkan hidup dalam lingkungan damai dan tenteram. Berinteraksi bersama anggota masyarakat lain dengan harmoni tanpa melihat latar belakang masing-masing, salah satunya keyakinan atau agama. Masyarakat damai bersama maju mewujudkan lingkungan madani yang mengutamakan kemajuan.
Mengapa agama atau keyakinan menjadi penghalang kebersamaan bersatunya setiap anggota masyarakat padahal setiap agama atau keyakinan berbeda tersebut memiliki persamaan dalam pijakan membentuk masyarakat damai?
Tidak terpungkiri pula bahwa mereka memiliki cita-cita yang sama untuk mewariskan kebaikan dan kemajuan kepada penerusnya. Mari kita telusuri apa sebenarnya pijakan penganut agama atau keyakinan dalam hal pembentukkan generasi muda yang baik dan cinta damai.
Ajaran Yahudi mengemukakan, “Kamu hendaknya mengajari anak-anakmu, berbicara dengan mereka baik pada saat di rumah dan saat kamu berjalan, berbaring ataupun saat bangun.” (Deuteronomy 11:19)
Begitupun ajaran indah Kristen tertulis, “Didiklah seorang anak pada jalan dimana dia harus melangkah; bahkan saat dia tua dia tidak akan meninggalkan jalan itu.” (Proverbs 22:6 )
Kita ketahui dari ajaran Budha bagaimana beliau mengajari para pengikutnya, ‘Cinta sejati lahir dari pemahaman.”Selanjutnya beliau mengajarkan damai yang diajarkan kepada generasi umatnya, “ Kebencian tidak akan berakhir melalui kebencian. Kebencian berakhir melalui cinta kasih.”
Dalam kitab weda umat Hindu mengungkapkan damai kepada generasinya, “Anak-anak harus tumbuh dalam kepedulian persaudaraan dengan sesama dan keyakinan terhadap Tuhan. ...(Atharva Veda)
Begitupun Nabi agung Islam, Muhammad saw menempa umatnya dengan wejangan-wejangan terkait dengan pendidikan generasi yang damai, “Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim baik lelaki maupun perempuan.”
“Jika seseorang berjalan dalam upaya mencari ilmu , maka Allah akan membuatnya berjalan pada salah satu jalan menuju surga.” “Dia yang keluar mencari ilmu adalah ia yang sibuk demi Allah hingga dia kembali dari pencariannya.”
Bahkan beliau mendorong kaumnya untuk mengecap pendidikan tanpa pandang usia, “carilah ilmu dari buaian hingga liang lahat.” Oleh karenanya untuk memenuhi dahaga jiwa-jiwa maka meminum sebanyak-banyaknya ilmu kebaikan menjadi jalannya.
Sikap berkeadilan demi kedamaian masyarakat dan doa-doa kebaikan disebutkan oleh Rosululloh saw berdampingan dengan pencarian nilai kebijaksanaan dan keberanian, “Empat hal amalan yang mendukung dunia: mempelajari kebijaksanaan, keadilan, doa-doa baik dan keberanian sang pemberani.”