Mohon tunggu...
Iim Nur Diansyah
Iim Nur Diansyah Mohon Tunggu... freelance -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Transformasi "Kilat" yang Dilakukan PT KCJ

3 Desember 2015   03:40 Diperbarui: 4 Desember 2015   18:06 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber : www.facebook.com/CommuterLine"][/caption]

Perkenalkan, saya adalah Iim Nur Diansyah lulusan sebuah universitas di kota Depok. Tulisan saya kali ini ingin bercerita mengenai pengalaman pribadi saya setelah 4 tahun lebih menggunakan jasa KRL Commuter Line.

 

Masih jelas diingatan saya, pertama kali saya naik kereta listrik itu terjadi sekitar 4 tahun yang lalu, setelah saya lulus SMA. Ya, pada periode tersebut, banyak sekali lulusan-lulusan SMA berbondong-bondong untuk mencari perguruan tinggi yang diinginkan. Begitu pun saya, yang telah menggantungkan masa depan saya di sebuah universitas di kota Depok.

 

Rumah saya di Bogor, untuk mencapai kota Depok dengan cepat satu-satunya adalah dengan menggunakan KRL. Jujur, stigma yang ada dipikiran saya ketika mendengar kata "KRL" adalah berdesakan, kumuh, dan banyak copet. Awalnya agak ragu memang, tapi apa boleh buat ? Ini demi masa depan. Bersama teman yang juga dari bogor, kami membeli tiket Commuter Line AC seharga Rp 7.500,-. Untuk sementara, kesan kumuh, berdesakan dan banyak copet pun hilang. Karena saya cukup merasa nyaman "Berbanding lurus dengan harga lah yah. Gak rugi", pikir saya. Pada saat itu Commuter Line AC merupakan minoritas, kebanyakan orang memilih kelas ekonomi karena harganya sangat murah yaitu Rp 2000,-. 

[caption caption="sumber : www.antarafoto.com"]

[/caption]

Setelah seminggu menjadi mahasiswa dan menggunakan layanan Commuter Line AC, insting mahasiswa saya pun muncul. Jika terus menggunakan kereta AC, uang jajan pasti cepat habis, "Okelah.... Besok saya harus naik Ekonomi biar irit". Dengan modal nekat saya naik Commuter Line Ekonomi, kesan saya ? Parah.... Buruk.... Stigma awal saya ternyata benar. Disatu sisi ingin irit, tapi disisi lain kenyamanan dan keamanan dipertaruhkan. 

[caption caption="sumber : pemanisbuatan.wordpress.com"]

[/caption]

 

 

Tapi lain dulu, lain sekarang......... KRL Commuter Line telah bertransformasi.

 

Selama saya berkuliah, PT KCJ selaku operator Commuter Line terus berbenah diri. Banyak sekali perubahan yang telah dilakukan. Mulai dari, penghapusan KRL Ekonomi yang tidak "manusiawi" disertai dengan penurunan tarif AC. Renovasi keseleruhan stasiun-stasiun yang ada, meliputi pembebasan lahan, pembersihan pedagang kaki lima, dll. Pemberlakuan tarif progressif yang membuat tarif KRL menjadi lebih "adil". Penggantian sistem tiket yang awalnya adalah berupa tiket kertas menjadi e-ticketing menggunakan pintu otomatis di setiap stasiun. Pengoptimalan jadwal kereta sehingga jeda kereta tidak lama seperti dulu. Melakukan penambahan gerbong pada satu rangkaian yanh saat ini sudah ada yang mencapai 12 gerbong per 1 rangkaian. Dan masih banyak lagi perbaikan-perbaikan layanan yang dilakukan PT KCJ demi meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan.

[caption caption="sumber : www.facebook.com/CommuterLine"]

[/caption]

 

[caption caption="sumber : www.facebook.com/CommuterLine"]

[/caption]

Yang mengagumkan adalah sekian banyak perubahan-perubahan tersebut dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun. Tentu saja ini terbilang kilat bagi sebuah perusahaan sebesar PT KCJ. Menurut saya pribadi, saat ini layanan KRL Commuter Line merupakan layanan transportasi yang paling murah, aman dan nyaman di Indonesia. Bahkan bukan saya saja yang berpendapat seperti ini, terbukti dengan penumpang yang memakai jasa Commuter Line yang tiap tahun mengalami kenaikan.

[caption caption="sumber : www.facebook.com/CommuterLine"]

[/caption]

Bukan perkara yang mudah bagi perusahaan besar seperti PT KCJ untuk mencapai kesuksesan seperti ini. Banyak hambatan yang dialami mulai dari masalah biaya yang sudah pasti membengkak, penolakan-penolakan dari berbagai pihak, dll. Saya jadi ingat perkataan seorang tokoh utama pada sebuah anime, "If you don't take a risk, you can't create a future". Masa sekarang yang bisa dibilang sukses, adalah hasil dari resiko-resiko yang diambil PT KCJ di masa lalu.

 

Harapan saya adalah semoga PT KCJ tidak pernah berhenti untuk berbenah diri dan terus melakukan perubahan demi menciptakan transportasi masyarakat  yang lebih baik lagi kedepannya. Commuter Line is the best choice for urban transport, saya jadi Cinta KRL.

 

  #CintaKRL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun