Mohon tunggu...
Iim Ibrohim
Iim Ibrohim Mohon Tunggu... Ilmuwan - dosen

Dosen di Universitas Muhammadiyah Bandung, dan Ketua Yayasan Mutiara Embun Pagi Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Arsitektur Pendidikan Islam di Era Transisi

16 Juli 2023   09:48 Diperbarui: 16 Juli 2023   09:49 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan UU nomor 20 tahun 2003 ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan tujuan di atas, maka Pendidikan Islam memegang kendali penting. Penanaman keimanan dan ketakwaan, pembentukan akhlak mulia, dan karakter Islami lainnya harus dimaksimalakan sejak dalam kelas. Amanah dari orangtua, masyarakat, dan bangsa harus betul-betul diperhatikan.

Secara narasi kebijakan pendidikan itu berkesinambungan dan sesuai kebutuhan bangsa. Namun faktanya masyarakat khususnya para pendidik merasakan. Kebijkan Pendidikan kerap berubah-ubah dan sering kental nuansa politik. Kurikulum 1947 yang mulai dilaksanakan tahun 1950, lalu kurikulum 1952 yang berusaha dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, kurikulum 1964 dengan Pancawardhananya, 1968 pelaksanaan UUD 45 secara murni, 1975 yang dianggap lebih termenej (Manajemen By Objective), 1984 Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), 1994 memadukan 1984 dan 1975. Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi (KBK) yang usianya hanya dua tahun saja, 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2013 mulai pemusatan pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan sekarang digaungkan kurikulum merdeka. Saya tidak tahu usianya berapa lama, karena tahun depan akan ada PEMILU. Artinya, tahun ajaran sekarang dapat dikategorikan sebagai era transisi. Lanjut atau tidak kurikulum tergantung mereka yang akan berkuasa di negeri ini.

Para pendidik PAI tidak perlu khawatir. Mengusulkan berbagai saran terbaik berdasarkan pengalaman dan tinjauan pustaka harus terus dilakukan. Namun pembenahan untuk proses pembelajaran tidak perlu menunggu dikabulkannya usulan. Para pendidik harus terus berbenah, terlebih beberapa hari ke dapan akan masuk tahun ajaran.

Prinsip Pembelajaran Islam

Di antara prinsip dalam pembelajaran diamanahkan Tuhan dalam firman-Nya seperti "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk" (al Nahl; 125). Ayat ini menunjukan bahwa seorang pendidik harus betul-betul mengajarkan kepada para peserta didiknya dengan cara hikmah, (adil, penuh perhatian, kasih sayang, lemah lembut, pemaaf, dll). Memberi contoh yang baik dalam tutur kata, sikap, perlakuan, dan juga perbuaatan. Selain itu, manakala menjumpai peserta didik yang menunjukan kepribadian kurang baik, maka ia dikendalikan dengan cara yang paling baik (ahsan). Petunjuk lain disampaikan oleh Rasulullah saw "ajarilah para peserta didik itu, berikan kemudahan-kemudahan, jangan sekali-kali mempersulitnya. Apabila kalian marah kepada mereka, maka diamlah" (Hr. Nasai).

 National Education Asociation (NEA) merekomendasikan para pengajar di abad 21 untuk memiliki beberapa keterampilan dasar seperti critical thinking and problem solving, communication, collaboration, dan creativity and innovation. Kelima hal tersebut memang penting adanya, walaupun sebenarnya semua itu sudah lebih dahulu ditegaskan olah Allah SWT dalam firman-Nya (Ali Imran; 190-191, al Baqarah; 263, al Maidah; 2, al Jumah; 10). Lebih dari itu, keterampilan para pendidik yang sesungguhnya ialah penjiwaannya sebagai pendidik. Al ruhul ustadz ahammu min kulli syai. Ruh para pendidik lebih penting dari segaala sesuatu.

 Metode, Sarana, dan Evaluasi Pembejaran

Dalam pembelajaran PAI cukup banyak metode pembelajaran yang dapat diterapkan. Semuanya bagus dan pastinya akan disesuaikan materi dan unsur pendukung lainnya. Namun demikian, terdapat beberapa metode inti yang tidak bisa dihindarkan dan harus melakat pada diri para pendidik. Di antara metode inti tersebut sebagaimana dikemukakan Ahmad Tafsir ialah peneladanan, pembiasaan, dan pemotivasian. Peneladanan mutlak adanya. Para peserta didik akan melihat berbagai sepak terjang dari pendidiknya itu sendiri. Pembiasaan akan membuat para peserta didik terbisa dengan amalan salehan. Selanjutnya pemotivasian, akan mendorong peserta didik kreatif. Sentuhan kata-kata hikmah dari para pendidik yang saleh dan salehah dan juga ketulusan doanya memiliki kekuatan besar untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik. Dengan dan tanpa para pendidik, mereka akan terus melakukan pembelajaran.

Sarana paling utama untuk pembelajaran PAI bukan laptop, proyektor, atau HP, melainkan tempat wudhu, musalla/masjid, dan mushaf al quran. Biasakan membawa peserta didik ke tempat ibadah. Jangan terus menerus di dalam kelas. Pastikan mereka untuk dapat betah disana. Terlebih dahulu dibimbing untuk benar dalam bersuci, lalu ajarkan salat, zikir, berdoa, membaca al quran, hadits, dan adab dalam kehidupan sehari-hari. Itu yang paling utama untuk dilakukan. Selebihnya, baru membahas materi, memutar film, googling, dan lain-lain. Jika di sekolah belum terdapat musalla, maka desainlah ruang kelas layaknya tempat ibadah. Melalui cara seperti itu, pada diri peserta didik akan tertanam kecintaan keislaman. Saat Kembali ke rumahnya, maka lingkungan yang akan dicari ialah sarana ibadah.

Evaluasi dalam pembelajaran PAI masih didominasi lisan atau tulisan. Setiap UTS atau UAS, perserta didik diberi soal pilihan, isian, atau uraian. Salah, tentu tidak salah. Namun cara evaluasi yang paling tepat dalam pembelajaran PAI terlebih pada era transisi ialah Portopolio. Evaluasinya bukan lagi pekanan, bulanan, tengah semesteran atau akhir semesteran, melaikan setiap hari.  Para pendidik dituntut punya portopolio mereka. Jam berapa mereka tidur dan bangun. Bagaimana salat dan ngaji mereka selama di rumah. Bagaimana mereka berinteraksi dengan teman-teman sebagai dampak atas pembinaan harian yang dilakukan guru saat di masjid/musalla. Jam berapa mereka datang ke sekolah. Bagaimana sikap mereka pada guru, teman sejawat, kakak kelas dan adik kelas. Itulan evaluasi sesungguhnya bagi para pendidik PAI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun