Mohon tunggu...
Iik Nurulpaik
Iik Nurulpaik Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Akademisi, Pemerhati Pembangunan Bangsa

Edukasi jalan literasi peradaban

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ibu Pendidik Sejati

4 Desember 2022   15:32 Diperbarui: 8 Desember 2022   10:12 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena kini, kita menghadapi suatu potret sosial dimana kaum wanita banyak yang meninggalkan peranan sejati dalam mendidik anaknya. Gerakan emansipasi yang dipahami kesamaan peran yang tidak kalah oleh kaum pria, membuat kaum wanita merangsek ke ruang-ruang publik perlahan namun pasti menanggalkan peran domestik. Mereka lupa diri, mendidik anak dirasakan tidak menjadi hal yang urgen dan menarik lagi bagi ibu rumah tangga. Mereka bahkan tidak tahu lagi bagaimanakah mendidik anak dengan baik.

Wanita kini hebat luar biasa tak kalah kiprah oleh pria. Dalam bidang politik, banyak kaum wanita yang menjadi politisi hebat. Pemikiran, gagasan, ide dan pemikirannya tidak kalah  dengan kaum pria. Menteri di kabinet, kepala daerah, di dunia bisnis, ilmuwan, cendikiawan, dan sebagainya, kaum wanita telah menunjukan eksitensinya. Begitu dahsyatnya perkembangan wanita Indonesia kini.

Namun jika para wanita sibuk dengan aktivitas karirnya di luar rumah bagaimana dengan situasi dan kondisi di dalam rumah tangganya? bagaimana anak-anaknya? apakah mereka juga sukses membawa kehidupan rumah tangganya? apakah mereka sukses mendidik anak-anaknya?.

Ada pepatah ‘jika ingin melihat suatu negara sukses atau maju lihatlah kaum wanitanya’. Maksudnya kaum wanitalah yang sebenarnya menjadi motor penggerak bangsa ini, dan semuanya berawal dari rumah. Jika seorang wanita yang juga seorang ibu dapat mendidik putra putrinya dengan baik, menanamkan budi pekerti, memotivasi putra putrinya untuk terus belajar, mendampingi di saat putra putrinya membutuhkan peran ibu maka akan sukseslah negara ini.

Namun yang terjadi saat ini kebanyakan kaum wanita mendahulukan karirnya di luar rumah dan meninggalkan putra putrinya dengan wanita pengganti atau pun menitipkan kepada guru di sekolah. Mereka rela membayar sekolah mahal, demi menitipkan anak-anaknya seharian penuh. Karena banyak juga sekolah fullday yang menjadi pilihan kaum ibu bekerja dengan berbagai kelebihannya.

Kebutuhan anak khususnya usia sekolah, masih sangat memerlukan  peran seorang ibu yang dapat mengisi hati, perasaan dan pemikirannya. Mereka tidak bisa hidup hanya didampingi assiten rumah yang tugasnya menyediakan kebutuhan anak atau pun dititipkan pada guru di sekolah. Tidak kaget bila anak jaman sekarang banyak yang tidak tahu etika sopan santun, tidak tahu budi pekerti, tidak peka perasaannya, dan  tidak memiliki motivasi yang kuat.

Seorang anak yang tidak memiliki ibu yang pandai mengelola waktu, tidak diajarkan dan dikenalkan dengan ajaran agamannya, etika hidup sosial dan norma masyarakat akan membuat hati dan perasaan mereka kosong. Mereka miskin didikan orang tuanya, mereka tidak memiliki ibu sejati yang mengasuh dan mendidiknya dengan baik. 

Ibunya pergi dari pagi dan pulang larut malam untuk urusan yang tidak jelas. Harus disadari kembali upaya  pendidikan pertama adalah di rumah dan guru yang pertama adalah orang tua khususnya ibu. Karena sejak dalam kandungan seorang ibu sudah bisa mendidik anaknya dan  mengenalkan arti serta makna kehidupan.

Sedih rasanya jika melihat anak-anak sekolah pada siang atau sore hari masih banyak yang berkeliaran di mall, di warnet, di kafe atau pun di pinggir jalan. Jika ditanya mereka pun akan menjawab ’untuk apa cepat-cepat pulang, di rumah juga nggak ada siapa-siapa’.

Tidak heran jika saat ini kenakalan remaja meningkat, seks bebas merajalela dan tidak sedikit yang melakukannya di rumah karena rumahnya kosong, berbagai perilaku menyimpang terjadi akibat lemahnya pendidikan di keluarga. Anak-anak lebih memilih pulang ke rumah di saat orangtuanya pun baru pulang dan menghabiskan waktu di luar rumah bersama kelompok komunal sosialita, yakni komunitas ngerumpi, kongkow-kongkow ibu-ibu, yang semakin berkembang menjadi gaya hidup perempuan khususnya di perkotaan. Sosok ibu yang seharusnya menjadi banteng keluarga kini berubah memberikan racun kehidupan dalam diri seorang anak.

Lalu beginikah cita-cita emansipasi, barangkali Ibu Kartini akan mengatakan bukan begini yang namanya emansipasi, karena tugas utama seorang wanita adalah mendidik anak-anaknya dan mengelola rumah tangganya dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun