Mohon tunggu...
Khaiqal Fahrezi Meuraxa
Khaiqal Fahrezi Meuraxa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia 21 Universitas Andalas

Kalo lagi gabut, nulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hantu Rindu Perantau Agung

12 Maret 2024   15:11 Diperbarui: 12 Maret 2024   15:21 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak makan-makan rendang, aku tak lagi pernah ikut mamogang. Mamogang kerbau di tepi sungai Batangai. Semenjak aku fasih memetik Edelweiss, aku tak lagi pernah memetik daun pandan, daun kambelu, daun silayu, daun nilam, daun kesturi, dan daun jeruk purut lalu menumbuknya pada lesung coklat. Dari bebatuan sungai Bonan Dolok  hingga mengalir deras ke Jembatan Husor, lazim kita temui keramaian di hari ini. Airnya pun akan menjadi wangi dan suci. Meskipun kencing-kencing terus dialiri dari hulu ke hilir. Sikambang meratap rindu di atas robin, si Itam meratap rantau di Pariaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun