Berbekal Pengalaman Berbuah Buku
Pengalaman merupakan guru terbaik. Itulah kata mutiara yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita semuanya. Dari setiap perjalanan yang kita tempuh mulai dari sejak lahir, pastinya dapat menghasilkan sebuah pengalaman yang sangat berharga. Â Pengalaman itu bisa berbentuk serpihan luka, sedih, senang, bahagia, emosi dan ekspresi lainnya.
Setiap orang pastinya mengalami sebuah perjuangan dan perjalanan yang berbeda. Jalur yang di tempuh pun tidak sama satu dengan lainnya. Artinya ada keluasan yang dapat dialami diri sendiri serta berharmonisan dalam jiwa menyatu dalam diri membuat adanya perbedaan sebuah pengalaman.
Bukan hal yang mudah tentunya mengingat pengalaman yang telah ber lalu. Perlu diskusi atau obrolan kecil agar kita terpancing sehingga dapat menceritakan apa yang pernah kita alami selama hidup di dunia ini. Selain diskusi, kamu bisa juga dengan menceritakan pengalamanmu lewat sebuah tulisan. Seperti yang dilakukan saya ketika masih belajar di Pondok Pesantren di Bogor. Â Pengalaman dari mulai sejak SD sampai SMA saya tulis dalam sebuah diary kemudian diari tersebut saya simpan supaya nantinya bisa saya jadikan buku.
Lahir dari keluarga yang memang berkecukupan membuat saya hanya bisa menulis dalam diary buku. Namun qadarullah setelah saya kuliah saya akhirnya dapat menuangkan dan menyalin tulisan saya kedalam sebuah leptop yang diberikan paman saya ketika kuliah di Jawa Timur. Tidak ada kata terlambat jika ada usaha dan doa supaya buku itu bisa terwujud.
Memang tidak mudah menceritakan pengalaman menjadi buku, perlu di filter pengalaman apa yang menarik sehingga dapat membangkitkan semangat para pembaca. Memang penulis pemula seperti saya baru bisa menulis pengalaman saja belum kepada buku fiksi seperti para senior penulis best seller. Tapi teman-teman harus tahu bahwa penulis best seller juga pasti pernah menjadi penulis pemula.Â
Siapa si yang tidak kenal dengan Ahmad Fuad penulis best seller yang novelnya sudah diterbitkan serta difilmkan. Penulis hebat seperti Ahmad Fuad dalam seminar spoiler bukunya yang kedua setelah 3 Menara tulisannya berasal dari pengalamannya ketika mendapatkan beasiswa atau hidup di belanda. Hebat bukan, dari pengalaman jadi sebuah novel dan difilmkan.
Begitu pun apa yang saya lakukan ketika kuliah. Saya menjadi tertaik menulis pengalaman saya untuk menjadikannya sebuah buku, walaupun memang tulisannya belum sempurna masih ngalor kidul kalaw bahasa sundanya. Tapi dari menulis pengalaman menjadi buku itu saya bisa belajar banyak mengenai dunia kepenulisan.
Butuh waktu yang cukup lama memang mengumpulkan lembar demi lembar tulisan untuk dikumpulkan menjadi sebuah buku. Bahkan terkadang satu lembar tulisan yang dihasilkan itu butuh waktu tiga hari lebih, memang bagi penulis pemula seperti saya harus ekstra dalam menggeluti kepenulisan.Â
Namun menurut penulis yang saya dengar dari seminar bahwa ada nasehat "kamu tidak akan menjadi penulis jika kamu tidak memulainya. Memang saat kamu mulai begitu sulit mengungkapkan isi hatimu lewat tulisan satu paragraph saja butuh waktu  beberapa jam namun ketika kamu sudah terbiasa kamu akan ketagihan dan terus menulis dan menulis". Kata kata itulah yang membuat saya terus bangkit dan bangit.
Akhirnya Dalam waktu enam bulan saya dapat menyelesaikan buku dari hasil pengalaman saya selama 20 tahun. Pengalaman yang lamanya sampai dengan 20 tahun hanya menghasilkan 118 halaman. Itulah saya. Memang penulis pemula seperti saya harus banyak belajar bagaimana bisa merangkai kata serta membaca yang banyak. Namun dari 118 halaman tersebut saya bisa belajar tentang EYD yang  baik, mengingat pengalaman, dan pastinya berbuah karya.
Buku pertama yang berjudul "Jejak Langkah" itu menjadi saksi bahwa disetiap jejak yang saya tapaki di bumi ini, serta perjalanan yang begitu Panjang dalam hidup saya dapat menjadikan sebuah karya yang tidak akan mati. Karena menurut Imam Syafei radiallahu Anhu  " Ilmu itu seperti hewan buruan sedangkan tulisan adalah tali ikatannya, Merupakan salah satu tindakan bodoh jika engkau memburu hewan, lantas meninggalkannya di alam bebas tanpa ikatan" mengingat Kembali bahwa pengalaman adalah guru terbaik yang membwa ilmu. Maka ketika ilmu itu didapat ikatlah dengan sebuah tulisan atau jadikanlah sebuah karya tulis.
Setelah tebit buku pertama saya terpacu untuk terus menulis hingga dapat menyelesaikan buku kedua yang berjudul "Aksara Menuai Makna" buku ini juga hasil dari pengalaman saya selama hidup saya. Sebuah langkah yang tertuang dalam aksara hingga dapat mengahsilkan makna yang bermanfaat bagi kita semuanya.
Itulah kedua buku yang saya Tulis dari hasil Pengalamann saya. Pengalaman saya mungkin hanya setetes dari air di lautan. Mungkin kalian punya banyak pengalaman dan ilmu maka tulislah. Jangan pernah berhenti untuk berkarya dan menulis. Pengalaman sedikit saja bisa berbuah dua buku apalagi dengan Pengalama kalian yang banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H