Teknologi ( Face Regnition ) pengenalan wajah telah digunakan di berbagai tempat umum, salah satunya yaitu di dunia olahraga. Teknologi ini membuat para supporter masuk stadion dengan mudah dan cepat namun hal ini memunculkan pro dan kontra terutama pada privasi individu, keamanan data dan keadilan aksesnya. Dalam hal ini literasi digital sangat perlu pemerintah untuk memberikan edukasi terkait hal ini agar masyarakat atau supporter memahami cara penggunaan teknologi ini.
Dalam hal ini PSSI telah meluncurkan inovasi baru yang sangat signifikan pada perubahan manajemen dalam pembelian tiket pertandingan Timnas Indonesia di ajang kualifikasi piala Dunia 2026, dimana inovasi yang dilakukan PSSI sebagai bentuk tanggung jawab untuk meningkatkan keamanan dalam stadion selama pertandingan berlangsung. Langkah terbarukan ini menjadi salah satu-satunya platform resmi pembelian tiket Timnas Indonesia dengan melalui Garuda ID.
Perubahan cepat yang dilakukan PSSI ini merupakan respons cepat terhadap insiden pada pertandingan kedua Grup C ronde ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, pada saat itu Timnas Indonesia melawan Australia pada 10 September 2024  dimana PSSI kecolongan 10 ribu tiket dan supporter berhasil masuk ke stadion tanpa menggunakan tiket resmi dengan mengakalinya menggunakan tiket duplikat atau palsu. Teknologi Face Recognition atau  (pengenalan wajah) ini berhasil diterapkan pada stadion GBK dan menghasilkan dengan penurunan penggunaan tiket palsu yang awalnya mencapai 10.000 sekarang menjadi 2.500 tiket palsu.
Walaupun belum 100 persen ampuh menurunkan penggunaan tiket palsu setidaknya angka penggunaan tiket palsu sudah berkurang secara signifikan, serta pengelola stadion berhasil menangkap  kasus pencurian handphone pada stadion yang terdeteksi melalui teknologi ini. Dalam inovasi terbarukan dalam sepak bola Indonesia ini terdapat argumen yang mendukung dan argumen yang menentang penggunaan pengenalan wajah ini karena terdapat pro dan kontra terhadap kekhawatiran para supporter akan keamanan data pribadinya agar tidak digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan para supporter tersebut.
Argumen-argumen yang mendukung penggunaan teknologi ini yaitu :
- Efisien dalam memaksimalkan waktu
- Kecepatan dalam seleksi untuk masuk ke stadion
- Keamanan yang baik
- Terjadi pengurangan risiko penipuan
- Dan kemudahan dalam pengelolaan data
Sedangkan argumen yang menentang penggunaan teknologi ini yaitu :
- Rentan terjadinya pelanggaran privasi
- Potensi terjadinya deskriminasi
- Pengawasan yang berlebihan
- Dan kurangnya transparasi
Dari perdebatan perbedaan argumen yang mendukung dan menentang penggunaan
teknologi ini terdapat solusi yang membuat dua kubu tersebut bisa sedikit tenang yaitu
sebagai berikut :
- Mengedukasi peningkatan literasi Digital pada masyarakat luas bisa melalui media sosial atau penyebaran brosur di stadion
- Beri persetujuan yang jelas kepada para supporter
- Beri kebijakan privasi yang yang ketat
 Dari inovasi terbarukan yang digunakan di dunia sepak bola Indonesia, membuat sepakbola Indonesia selangkah lebih maju dari tahun sebelum-sebelumnya membuat kita optimis dalam piala dunia nanti, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Face Regnition (pengenalan wajah) ini merupakan langkah yang baik untuk perkembangan persepak bolaan Indonesia. Namun dalam penggunaan teknologi ini terdapat risiko terutama pada privasi individy sesorang, disini peran pengelola sepak bola harus menjadi garda terdepan untuk bertanggung jawab atas digunakannya teknolgi terbarukan ini. Pengelola dan Pemerintah perlu memberikan edukasi Literasi Digital kepada seluruh Masyarakat Indonesia agar bisa memahami manfaat penggunaan teknologi Face Recognition ( pengenalan wajah ).  Â
Referensi :