Mohon tunggu...
Ihza Andhika
Ihza Andhika Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Ambisi Mitsubishi Bisa Mengancam Program Penyediaan Listrik 35.000 MW Tahun 2019

10 September 2016   18:21 Diperbarui: 10 September 2016   21:24 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jika Anda ingat, salah satu program yang dicetuskan Jokowi dalam masa kepemimpinannya selama tahun adalah penyediaan listrik sebesar 35.000 MW di tahun 2019. Fakta yang cukup mencengangkan bahwa dalam jangka waktu satu tahun setengah, hanya 0,6% dari total target yang baru tercapai.  Mengapa hal ini bisa terjadi? Ada beberapa faktor yang bisa melatarbelakangi lambatnya progres pencapaian proyek ini. Pembebasan lahan untuk membangun pembangkit menjadi salah satu faktor penghambat yang sering disebut-sebut oleh pihak PLN.

Beberapa pembangkit listrik seperti PLTM Taludaa dan PLTG Gorontalo Peaker sudah siap beroperasi untuk membantu pencapaian target yang masih jauh ini. Ada beberapa pembangkit listrik berkapasitas besar lainnya yang akan dibangun. Salah satu proyek besar yang sedang berada dalam proses tender adalah proyek pembangkit listrik Jawa I. Pembangkit ini memiliki proyeksi kapasitas yang besar, sekitar 2 X 800 MW. Saat ini ada empat konsorsium perusahaan yang kabarnya sedang bersaing untuk mendapatkan proyek yang dilelang oleh PLN ini. Konsorsium pertama adalah gabungan Mitsubishi, PJB, dan Rukun Raharja. Konsorsium kedua adalah gabungan Medco, Kepco, dan Nebras Power Qatar. Konsorsium ketiga adalah duo Adaro dan Sembcorp. Serta konsorsium yang terakhir adalah kombinasi Marubeni, Pertamina, General Electric, dan Sojitz.

Dari beberapa artikel yang saya baca, beberapa ahli terlihat menjagokan gabungan tim Marubeni dkk untuk menang. Tetapi banyak juga angin berhembus yang menyatakan bahwa konsorsium Mitsubishi juga mendapatkan banyak backing untuk memenangkan proyek ini. Sofyan Basir, direktur PLN sendiri pun memang menyatakan bahwa konsorsium dengan investor dari Jepang memiliki potensi yang besar untuk memenangkan proyek Jawa I ini.

Indikasi Mitsubishi mendapat banyak backing untuk menang proyek ini bisa dilihat dari jejak rekam Mitsubishi dalam memenangkan proses lelang pembangkit listrik di kawasan Pantai Utara Jakarta. Mitsubishi sudah memenangkan dua proyek PLN di Pantai Utara Jakarta, yaitu pembangkit di kawasan Tanjung Priok dan Muara Karang. PLTGU Jawa I sendiri merupakan proyek besar ketiga yang digarap PLN di kawasan Pantai Utara Jakarta.  Pertanyaan pun muncul, apakah pihak Mitsubishi memang memiliki ambisi untuk melengkapi kemenangan ‘hatrick’-nya dengan mendapatkan proyek Jawa I? Pihak Mitsubishi tampak ingin menguasai seluruh proyek pembangkit PLN di kawasan Pantura yang menjadi pemasok utama listrik beberapa teritori. Penguasaan Mitsubishi di seluruh proyek pembangkit PLN di kawasan Pantai Utara Jakarta sebenarnya berpotensi menghasilkan beberapa konsekuensi negatif bagi ketahanan nasional. Hal ini dikarenakan penguasaan semacam ini bisa menimbulkan ketergantungan terhadap satu sumber teknologi dan terhadap satu partner saja.

Ambisi yang dimiliki perusahaan seperti Mitsubishi ini sejatinya sah-sah saja,  tapi mari kita berpikir lebih kritis untuk kepentingan bangsa ini, apakah Mitsubishi mampu menggarap 3 proyek pembangkit listrik sekaligus secara paralel? Tidak main-main, semua proyek ini juga punya perkiraan waktu mulai beroperasi yang sama, yaitu sekitar tahun 2019-2020. Bukankah lebih baik jika Mitsubishi berfokus dulu menggarap proyek yang sudah digenggam? Jangan sampai jika nanti Mitsubishi menang proyek Jawa I, proyek lainnya malah terbengkalai. Harus selalu diingat bahwa proyek pembangkit Jawa I itu adalah proyek dengan kapasitas besar dan berefek signifikan pada pencapaian target penyediaan listrik nasional 35.000 MW di tahun 2019. 

Program penyediaan listrik 35.000 MW ini adalah sebuah komitmen, ini adalah janji yang harus ditepati. Jangan sampai keinginan atau ambisi dari sebuah perusahaan didahulukan di atas kepentingan nasional. Proses pelelangan proyek yang melibatkan kepentingan nasional harus dilakukan dengan cerdas dan transparan. Khusus untuk program 35.000 MW ini, kita sedang berlomba dengan waktu. Jangan budayakan permisif terhadap proyek yang melewati deadline. Program 35.000 MW ini harus digarap dengan serius dan selesai tepat waktu karena memang berhubungan dengan kesejahteraan hidup khalayak luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun