Mohon tunggu...
ihya ulumuddin
ihya ulumuddin Mohon Tunggu... -

pemikiran yang brilian menghasilkan banyak kritikan. kritislah tanpa pernah takut kepada siapa pun, termasuk tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lalu Rindu, Lalu Jomblo

18 November 2014   08:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:33 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tepat jam 8 malam mulai khawatir dengan hantu peliharaan

Menertawai lubang dada menusuk matahari supaya mati menjadi waktu yang selalu gelap

dan harus selalu jam 8 malam hari ke 7 slalu ditunggu mereka yang membincangnya

Menumpuk teori pembedahan hari

itu hari apa? untuk siapa? dan untuk apa?

ternyata akalnya telanjang mencumbu hayal

ngamuk bak banteng di parade spanyol menyeruduk kain

mulai gundah melihat detak jarum tak kunjung henti

terus dan terus berputar mengelilingi lapangan waktu

Bertanyalah bibir hitam penuh asap dan butiran kopi
Manis bertemu lamunan cengo melongo

Takut kehabisan tulang rusuknya dimakan anjing-anjing liar

Rindu dengan bibir lebar penuh lipstick merah

Bila mentari sudah datang

Hancurlah wacana itu

Sungguh malang nasibmu jom…

Ikhya Ulumuddin

Ciputat 08 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun