Menjadi TKI di luarnegeri sejatinya membawa nama bangsa Indonesia. Baik buruknya sikap kita di luar negeri kadang bisa menjadi rujukan orang asing menilai bangsa Indonesia. Walau anggapan ini tidak bisa di generalisir, tapi sebagian orang akan menilai sejauh apa yang mereka lihat. Riyadh sebagai Ibukota Saudi Arabia dengan jumlah penduduk asing sebanyak 32% (www.arriyadh.com) menjadi kota yang mejemuk dan heterogen. Beragam budaya dan karakter orang banyak di temui di sini. Ditempat aku bekerja pun banyak kita temui orang-orang dari berbagai negara, India, Pakistan, Philipina, Jepang, Mesir, dll. Sebenarnya pekerja Indonesia pun banyak di Saudi tapi akan sulit menemukannya di jalanan kota atau gedung-gedung perkantoran, karena TKI Indonesia banyak mendominasi sebagai pekerja Informal (supir atau pekerja rumah tangga, atau pekerja kasar di konstruksi). Joke atau satir ringan kadang terdengar. Kalo mau nyari orang Indonesia di Saudi coba cari di parkiran-parkiran mall atau ketok aja rumah orang Saudi, maka Anda akan ketemu orang Indonesia. Heheheh Bertemu dengan beberapa orang sekedar ngobrol di jalan atau di pasar umumnya masih menilai Indonesia baik, walau ada beberapa orang yang menilai buruk. Dan inilah Indonesia versi mereka. I Sebut saja Waleed namanya, warga Negara Saudi. Seorang pedagang souvenir atau cendera -mata yang ada di pasar depan masjid nabawi madinah. Dalam sebuah ringan ketika aku belanja di tokonya. Dia bilang "Indonesia khois, Malaysia bakhil". Ketika aku nanya kenapa Malaysia bakhil. Katanya orang Malaysia kalau nawar barang dagangannya gak kira-kira nawarnya, sampai semurah-muarahnya. "Orang Indonesia khois tidak bakhil" katanya. Hahahha....Ini sih akal-akalan pedagang aja biar barangnya di beli. Asumsi ini mungkin dari para jamaah haji yang banyak membeli souvenir atau cendera mata di pasar ini untuk oleh-oleh di Indonesia. Berbekal kepintaran rayuannya itu aku yang tadinya gak berniat beli setelah diajak ngoborol entah kemana kadang pake bahasa yang gak nyambung, akhirnya membeli juga gantungan kunci berbentuk jam seharga 10 real. Beberapa pedagang di pasar depan masjid nabawi memang ada yang bahasa Indonesianya lumayan bagus kalau untuk sekedar bahasa jual beli. II Sebut saja namanya Sultan, Warga Negara Saudi. Umur sekitar 30 tahun-an. Bekerja satu perusahaan denganku, seorang staff department finance. Awalnya dia pikir aku orang Philipina. Karena banyaknya orang Philipina yang bekerja di perusahaan ini. Setelah dia tahu aku orang Indonesia. Dia bilang "Indonesia is good. Bagaimana Jakarta, Bogor, Puncak khabarnya?". Hahhaha... ternyata dia pernah ke Indonesia. Dan sepertinya daerah Bogor dan puncak sudah menjadi tempat yang familiar bagi beberapa keluarga Suadi untuk liburan. Mungkin karena hawanya yang sejuk, kebun the yang hijau serta sungai-sungai yang mengalir gemerincik yang tidak akan di temukan di Saudi. Mungkin juga karena murah meriah liburan di Indonesia, atau mungkin karena hal lainnnya... heheheh III Sebut saja Ahmed, Warga negara Saudi, usia sekitar 30 an seorang guru dan mempunyai itri orang Indonesia, sudah tentu dia paham Indonesia dari istrinya. Dia penyuka makan pedas utamanya makanan Sumatra (maksudnya nasi padang). Menurutnya Indonesia sekarang gak bagus, demo dimana-mana, orang-orang saling mencai maki dengan bebas di depan umum. Pemerintah tidak punya wibawa. Dulu Indonesia sangat di segani dan di hargai di Saudi. Bahkan katanya kalau ada kunjungan presiden Indonesia (Zaman Soeharto) seluruh keluarga raja dan para mentrinya pun hadir menyambut kedatangannya. Kalau presiden sekarang mungkin hanya di sambut para mentri atau anak-anak rajanya. Yah beginilah negeriku. Semoga bisa kembali menjadi bangsa yang di segani. IV Sebut saja namanya Vijay, Warga Negara India, umur sekitar 50 an. Awalnya aku kenal ketika dia sedang memperbaiki jaringan listrik di ruangan kerjaku. "Apa khabar Mas" katanya setelah tahu aku orang Indonesia. Setelah ngobrol ringan. Katanya "Indonesia is bad country". Dia bercerita pernah tinggal di Jakarta, Karawang, Purwakarta. Menurutnya di Indonesia semuanya harus pake uang. Mau buang hajat pake uang. Parkir dimana-mana pake uang. Bahkan katanya kalo kena tilang bisa diselesaikan damai pake uang. Dan semua akan selesai dengan uang. Aku hanya senyum-senyum saja. Tidak bisa menjawab karena inilah kenyataannya. Memang begitulah keadaan negeriku. Oh yah Si vijay ini ternyata pengagum Pak Mare'i Muhammad seorang mantan mentri keuangan yang terkenal dengan sebutan Mr Clean. V Sebut saja Khan, Warga Negara India, umur sekitar 45 an, seorang dokter di salah satu rumah sakit di Saudi. Aku hanya bertemu sekali ketika aku pergi untuk berobat. Awalnya dia pikir aku orang Philipina. Setelah aku tanya perawat yang sedikit bening apakah dari Indoensia?. "No Philipina" katanya. Ohhhh...kirain Indonesia. Barulah ngeh dokter itu aku orang Indonesia. " why you're thinking I am Philippines" ujarku. "Your English is good" katanya. Hahahhaha....ada ada aja dokter ini menilai orang dari bahasa Inggrisnya. Sepengetahuan dia orang-orang Indonesia bahasa Inggrisnya dudul kali hehehehhe. Asumsi ini bisa di pahami. Karena banyak orang Indonesia yang bekerja di Saudi berada di sector informal. Dan bahasa Inggris bukanlah suatu keharusan di pergunakan untuk percapakan sehari-hari. Dan apa versimu tentang Indonesia ? Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H