Untuk Perempuan Angin,
Perempuan Angin……Akumasih ingat pada ujung senja sore itu. Di ujung tebing yang tinggikamu berdiri menantang sang angin yang datang dari tengah samudra. Matamu terpejam meresapi segala kesejukan. Lalu kamu berujar “Aku mencintaimu Angin”.
Rambutmu yang wangi terurai mendesirkan panca inderaku yang berdiri di belakangmu.Jemari-jemari kita menyatu, membentang luas seolah kita terbang menembus angkasa bersama burung-burung yang merdeka
Kamu berteriak sekerasnya. Suaramu terbawa angin menggetarkan dinding dinding alam. Melepaskan segala kepenatan kehidupan. Lalu kamu merasa bebas, lepas. Seperti jiwa yang hanya teraliri sentuhan surgawi.
Perempuan Angin…….Aku masih ingat juga ketika kaki kita beralaskan pasir-pasir halus. Berjalan menelusuri bibir pantai mencari segala keindahan. Angin menerpa lembut wajahmu. Jari-jari tangan kita saling menggenggam erat. Padahal kita tidak untuk berpisah saat itu.
Perempuan Angin….Kini Aku hanya duduk termenung di ribuan mil. Merasakan angin dengan aroma yang sama seperti yang pernah kita rasakan dulu. Sepoimu menghanyutkanku. Ragaku terlena di bawah keteduhan sang pohon. Lalu Aku bisa apa selain merindukanmu
Perempuan Angin….. Aku mencintaimu sebagai mana kamu mencintai angin.
Penulis : Ihya Ards, Nomor 115
Note : Untuk membaca hasil karya para peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung : Inilah Malam Perhelatan & Hasil Karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI