Peristiwa "Bom Paris" yang terjadi pekan lalu berhasil memancing reaksi dunia. Penduduk dunia ramai-ramai menyampaikan dukungan dan belasungkawa yang disampaikan baik secara langsung maupun secara daring melalui media sosial. Puncak dukungan secara daring adalah muculnya hastag #prayforparis di salah satu media sosial yang juga melibatkan beberapa pesohor negeri ini. Yang menarik, munculnya hartag tersebut memunculkan pro dan kontra di antara pengguna media sosial. Di antara mayoritas yang mendukung hastag #prayforparis terdapat suara sumbang yang mengaitkan penggunaan hastag tersebut dengan ketidakpedulian terhadap tragedi kemanusiaan di tempat lain.
Ada beberapa suara yang berpendapat bahwa pengguna hastag #prayforparis adalah orang yang antipati terhadap Islam karena mereka dianggap diam ketika terjadi tragedi di Palestina atau Suriah, tetapi lantang ketika peristiwa kemanusiaan terjadi di Prancis yang dianggap sebagai negara yang anti (syariat) Islam. Yang lebih mengagetkan, muncul suara yang mengaitkan para pengguna hastag dengan kualitas keimanan mereka sebagai muslim. Keimanan seorang muslim dipertanyakan ketika mereka ikut menggunakan hastag tersebut. Layakah kepedulian terhadap tragedi bom Paris dikaitkan dengan kualitas keimanan seorang muslim? Tentu saja tidak. keprihatinan terhadap peristiwa bom Paris tidak bisa menjadi instrumen yang digunakan untuk menurunkan derajat keimanan seorang muslim. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengaitkan kepedulian terhadap kejadian bom Paris dengan keimanan seseorang.
Pertama, orang yang peduli dengan peristiwa bom Paris bukan berarti dia tidak peduli dengan peristiwa serupa di tempat lain termasuk Palestina dan Suriah. Adapun saat ini ramai-ramai penduduk dunia (termasuk Indonesia) menyampaikan dukungannya terhadap warga Paris lebih kepada momentum kejadian yang memang dekat saat ini. Kedua, pemberian dukungan terhadap korban peristiwa bom Paris tidak bisa diidentikan dengan pemberian dukungan terhadap pemerintah Perancis yang banyak mengeluarkan kebijakan yang sangat membatasi gerak warga muslim Perancis. Dukungan tersebut lebih kepada sebuah bentuk kepedulian terhadap korban tragedi kemanusiaan yang melibatkan warga sipil. Apapun bentuknya, di manapun kejadiannya peristiwa yang menumbalkan warga sipil tak bersalah sebagai korban adalah tragedi yang tidak bisa dibenarkan.
Kepedulian terhadap sesama manusia merupakan bagian dari ajaran islam yang rahmatan lil alamin. Islam tidak mentolerir berbagai bentuk kekerasan terhadap manusia di mana pun mereka berada, baik Paris maupun Palestina. oleh karena itu, peduli terhadap sesama manusia justru merupakan representasi keimanan seorang muslim bukan sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H