Mmelihat gemerlap kota jakarta memang sungguh menggiurkan bagi siapa saja. Bagi orang daerah, Jakarta memiliki daya tarik tersendiri karena mereka menganggap jakarta adalah tempat uang. Pundi - pundi uang memang berada dimana-mana namun hal itu tidak cukup merata dirasakan oleh banyak golongan.
Saudagar dan Juragan yang mudah sekali menguasai hajat hidup orang banyak dan ada diantara mereka juga yang sudah mulai sadar bahwa sebagian diantara harta yang mereka miliki ada hak orang lain yang harus diberikan dengan segera. Menyegerakan membagi milik orang lain tersebut adalah kebutuhan harus mereka lakukan untuk membersihkan seluruh hartanya dari kotoran-kotoran yang melekat didalamnya. mereka adalah dermawan, yang senantiasa ingat akan hak orang lain dan segera memberikan hak tersebut kepada orang-orang yang berhak.
Sejak dulu, kedermawanan senantiasa dijaga oleh para leluhur kita untuk menjaga keharmonisan suatu komunitas masyarakat. Sebagai contoh jimpitan, setiap rumah selalu menyediakan satu jimpit (kepal) beras trus ditaruh didepan rumah yang setiap malam diambil oleh petugas ronda. hasil jimpitan tersebut dikumpulkan ke ketua RT setempat kemudian dijual murah kepada keluarga miskin disetiap bulannya. hasil penjualan tersebut dikumpulkan untuk kas RT, sumbangan kematian dan lain-lain.
Budaya berderma ini sesungguhnya sudah tumbuh sejak dulu, namun mulai tergerus dengan budaya hedon dan individualistik. Budaya masyarakat saat ini dibuat untuk hidup individualis dengan hadirnya berbagai teknologi yang tidak diimbangi dengan kapita selektanya. Teknologi menjadi biang kerok ketika pengguna teknologi tersebut salah pemanfaatannya. kondisi ini berdampak pada hadirnya budaya - budaya baru yang penuh dengan kekerasan dan memaksa orang-orang untuk memperlakukan manusia seperti mesin.
kedermawanan diera kekinian mulai muncul dengan wajah baru yang ramah dengan teknologi. kedermawanan ini memiliki peranan penting dalam berbagai kondisi terpuruk yang terjadi di bangsa kita. sebagai contoh pada waktu meletusnya Gunung Merapi tahun 2010. Seluruh kekuatan lembaga filantro yang menghimpun dana kedermawanan langsung bergerak cepat terlibat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada dilapangan. Para dermawan berlomba-lomba mengirim bantuan sesuai dengan kemampuan mereka dalam bentuk apapun, mulai uang hingga barang-barang yang dibutuhkan oleh konban bencana tersebut.
"al-jama'atu rahmatun", begitulah potongan kata mutiara yang pernah saya dengar yang kira-kira artinya berjamaah adalah rahmat. Jamaah dapat diartikan sebagai suatu persyarikatan atau organisasi. Organisasi / Lembaga filatropi di Indonesia sangatlah beragam bentuk dan gerakannya. sebagai contoh LAZISMU yang bergerak diberbagai sektor masyarakat seperti pemberdayaan ekonomi, kesehatan, pendidikan dan kemanusiaan. Lembaga ini mampu menghimpun dana-dana kedermawanan untuk didayagunakan sesuai sektor gerakannya dan bermanfaat bagi masyarakat.
ada juga lembaga filantropi yang didirikan oleh partai politik basar di Indonesia yaitu GOZIS. Lembaga ini didirikan untuk menggalang dana kedermawanan dari keluarga besar DPP Partai Golkar dan selanjutnya didayagunakan melalui sektor pemberdayaan ekonomi, pendidikan, kesehatan, kemanusiaan dan lain sebagainya. Walaupun GOZIS didirikan oleh partai GOLKAR, namun tidak ada panji-panji Golkar disetiap kegiatan GOZIS.
Sepengetahuan penulis, hanya GOLKAR yang berani mendirikan lembaga filatropi yang di deklarasikan pada tahun 2010. Hal ini menjadi contoh bagi partai yang lain untuk menghimpun kekuatan kedermawanan diinternal partainya kemudian didayagunakan untuk kepentingak bangsa dan negara. menghimpun dana kedermawanan merupakan cara baik untuk berperan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang dibantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H