Sebuah studi yang dilakukan di Desa Kraton, Bangkalan, memberikan gambaran mengkhawatirkan tentang hubungan antara kebiasaan merokok dan tekanan darah pada pria dewasa. Studi ini menjadi refleksi tentang bagaimana kita memandang dan menyikapi risiko kesehatan dari kebiasaan merokok.
80% dari 91 pria dewasa memiliki kebiasaan merokok kategori sedang (5-7 batang per hari). Yang lebih mengkhawatirkan, lebih dari setengah partisipan mengalami pre-hipertensi, kondisi di mana tekanan darah sudah mulai meningkat di atas normal namun belum mencapai tahap hipertensi.
Parsisipan banyak yang merasa "kebal" terhadap dampak kesehatan karena belum merasakan efeknya saat ini, sementara peningkatan tekanan darah dianggap sebagai hal yang "wajar" di usia tertentu. Meski rokok dipercaya memberi manfaat seperti mengurangi stres atau meningkatkan konsentrasi kerja, risiko kesehatan yang mengintai jauh lebih besar. Kecanduan nikotin dan tekanan sosial masih menjadi hambatan utama bagi mereka, namun hasil penelitian yang menunjukkan mayoritas partisipan sudah mengalami pre-hipertensi seharusnya menjadi alarm yang memotivasi untuk mulai mengurangi atau berhenti merokok.
Melakukan perubahan memang tidak mudah, tapi dari data yang dikumpulkan menunjukkan menjadi tanda bahwa sudah harus dimulai dari sekarang. Dimulai dengan mengurangi jumlah batang rokok secara bertahap, rutin mengecek tekanan darah, dan mengalihkan kebiasaan merokok dengan aktivitas yang lebih sehat.
Dari hasil studi di Desa Kraton ini memberi kita gambaran tentang ancaman kesehatan yang dihadapi perokok. Kebiasaan merokok dan tekanan darah menjadi peringatan yang perlu ditindak lanjuti, bukan hanya untuk perokok namun juga untuk masyarakat disekitarnya.
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H