Banyak laporan masuk ke KPAI dari siswa dan orang tua yang mengatakan bahwa mereka stress dan tidak siap berangkat ujian. Mereka takut tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik sehingga tidak lulus dan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Orang tua khawatir, stress yang dialami oleh anak membuat mereka tidak mampu menjawab soal UN, jadi bukan anak tidak belajar atau tidak siap mengahadapi ujian, tapi pelaksanaan yang sangat ketat dan kesan yang sangat mengerikan dengan polisi berseragam dan senjata panjang dalam pengawalan UN.
Laporan lain juga masuk ke KPAI bahwa orang tua memaksa anaknya mengikuti bimbingan ujian atau persiapan UN sampai anak tidak bisa bermain dan istirahat dengan baik karena orang tua takut anaknya tidak lulus UN.
Banyak masyarakat yang keberatan jika hanya UN yang dijadikan standar kelulusan anak, padahal soal UN tidak bisa mengukur seluruh proses belajar yang dilakukan anak selama 3 tahun. Ini sistem yang tidak adil, padahal secara teori kita tahu bahwa setiap anak berbeda dan setiap anak memiliki beragam kecerdasan atau multiple intellegence (kecerdasan jamak). Dimana letak prinsip ini dalam paradigma UN. Pemerintah harus memberi contoh yang baik bagi anak dalam menerapkan sistem pendidikan nasional dan memahami bahwa setiap anak unik dan berbeda.
Banyak permintaan masuk agar UN ditinjau ulang dan dibuat sistem evaluasi yang lebih perspektif anak dan menghargai anak seutuhnya bukan memposisikan anak seperti orang yang harus dicurai dan tidak dipercayai dengan pelaksanaan UN yang kita saksikan selama ini.
Semoga Kemendiknas mendengar suara masyarakat
Salam
M. Ihsan/Sekretaris KPAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H