Mohon tunggu...
Ihsani Ziyan Auliya
Ihsani Ziyan Auliya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatkan Kesadaran Kesehatan Mental dan Mengatasi Stigma Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa Indonesia

3 November 2023   17:39 Diperbarui: 3 November 2023   17:46 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Permasalahan kesehatan mental dan stigma bunuh diri merupakan dua permasalahan yang mendesak dalam masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan mahasiswa. Meskipun kesadaran mengenai kesehatan mental semakin meningkat, banyak mahasiswa masih menghadapi tantangan serius terkait kesehatan mental. Sementara itu, stigma terkait bunuh diri terus menjadi penghambat upaya pencegahan tindakan tragis ini.Berdasarkan data yang ada di Sumbar, dalam sebulan terakhir, setidaknya ada 6 remaja yang melakukan bunuh diri. Di saat yang sama, jumlah kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia pada tahun 2023 juga akan meningkat secara signifikan. Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (PUSIKNAS) Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), terdapat 971 kasus bunuh diri di Indonesia antara Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka tersebut melampaui jumlah kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang mencapai 900 kasus.Dampaknya terhadap mahasiswa beragam dan berpotensi mempengaruhi kesehatannya. Pertama, meningkatnya tekanan akademis dan sosial di perguruan tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Mahasiswa sering kali merasa kewalahan dengan tugas, ujian, dan ekspektasi sosial yang menuntut, yang dapat menimbulkan beban emosional yang berat. Selain itu, mahasiswa dengan masalah kesehatan mental yang serius sering kali mengalami gangguan prestasi akademik. Kecemasan dan depresi dapat mengganggu kemampuan anak dalam berkonsentrasi, belajar, dan berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan. Hal ini dapat menyebabkan nilai yang lebih rendah, ketidakmampuan untuk menyelesaikan program studi, atau bahkan putus sekolah. Tentu saja dampak ini mempunyai implikasi yang serius bagi kelangsungan pendidikan dan karir mahasiswa di masa depan. Mereka mungkin mengalami kesulitan untuk mengejar impian karir mereka atau meraih kesuksesan akademik. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian dan dukungan lebih terhadap kesehatan mental mahasiswa, agar mereka dapat lebih baik dalam menghadapi tekanan akademik dan sosial.Studi kasus di kalangan mahasiswa terjadi pada seorang mahasiswi Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang berinisial NJW. Mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tersebut ditemukan tewas di area pintu keluar parkir Mall Paragon Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa, 10 Oktober 2023.Dari adanya kasus tersebut, tantangan pendidikan terkait kesehatan mental mahasiswa patut mendapat perhatian. Perguruan tinggi harus menyediakan layanan kesehatan mental yang lengkap, namun sumber daya sering kali terbatas. Artinya, tidak semua mahasiswa yang membutuhkan bantuan dapat dengan mudah mengakses layanan tersebut. Dengan banyaknya mahasiswa yang membutuhkan perawatan, perguruan tinggi harus memperluas dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental. Selain itu, pelatihan diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dosen dan staf administrasi tentang kesehatan mental mahasiswa. Mereka harus mengetahui cara mengenali tanda-tanda masalah kesehatan mental dan memberikan dukungan yang tepat. Pelatihan ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih memenuhi kebutuhan kesehatan mental mahasiswa. Terakhir, perlu adanya integrasi yang lebih baik antara aspek pendidikan dan kesehatan mental. Hal ini berarti mengintegrasikan pemahaman tentang kesehatan mental ke dalam kurikulum dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya tidak hanya fokus pada bidang akademis saja, namun juga membangun kesehatan mental yang baik. Dengan langkah-langkah ini, tantangan pendidikan terkait kesehatan mental dapat diatasi dengan lebih baik.Stigma seputar bunuh diri merupakan masalah serius yang dapat berdampak pada upaya pencegahan dan pemahaman terhadap masalah tersebut. Stigma seputar bunuh diri dapat menghambat pembicaraan terbuka mengenai topik tersebut. Orang mungkin enggan mengungkapkan perasaannya atau mendekati seseorang yang mereka curigai memiliki masalah kesehatan mental yang serius. Hal ini membuat sulit untuk mendeteksi dan memberikan dukungan kepada mereka yang mungkin membutuhkannya. Selain itu, mahasiswa yang merasa mendapat stigma karena masalah kesehatan mental atau pikiran untuk bunuh diri mungkin enggan mencari bantuan atau berbagi perasaan dengan orang lain. Mereka mungkin takut dianggap lemah atau terpinggirkan dan tidak menerima dukungan yang mereka perlukan. Diskriminasi seperti ini dapat memperburuk situasi mereka. Selain itu, stigma juga dapat menghambat upaya kampanye pencegahan bunuh diri. Orang yang mempunyai pandangan negatif terhadap bunuh diri cenderung kurang mendukung upaya pencegahan. Stigma dapat menghambat program pencegahan dan pendidikan yang bertujuan mengurangi angka bunuh diri. Untuk memerangi dampak stigma bunuh diri, penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai isu ini dan mendorong dialog terbuka. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung, kita dapat mengurangi stigma seputar bunuh diri dan mengarah pada upaya pencegahan yang lebih efektif.Implikasi stigma bunuh diri dan kesehatan mental dalam pendidikan sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung kesehatan mental mahasiswa. Perguruan tinggi harus berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental dan menghilangkan stigma terkait bunuh diri. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih terbuka dan ramah bagi mahasiswa yang mungkin mengalami masalah kesehatan mental. Selain itu, program dukungan kesehatan mental dan psikologis harus diintegrasikan dengan lebih baik ke dalam lingkungan pendidikan. Artinya memberikan kemudahan akses terhadap layanan kesehatan mental, seperti konseling dan dukungan psikologis, di kampus. Dengan dukungan yang mudah diakses, mahasiswa yang membutuhkan bantuan dapat menerimanya tanpa hambatan apa pun.Pendidikan kesehatan mental harus menjadi bagian integral dari kurikulum. Mahasiswa harus memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola kesehatan mental mereka sendiri. Hal ini dapat membantu mereka mengidentifikasi tanda-tanda masalah kesehatan mental dan mengelola stres dengan lebih baik. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, pendidikan dapat berperan lebih aktif dalam mendukung kesehatan mental mahasiswa dan mengurangi stigma seputar bunuh diri. Ini merupakan langkah penting menuju penciptaan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan mendukung bagi semua individu.Permasalahan kesehatan mental dan stigma bunuh diri memberikan dampak nyata terhadap pendidikan, khususnya bagi mahasiswa Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini memerlukan upaya terkoordinasi dari universitas, pemerintah, dan masyarakat. Kesadaran akan kesehatan mental perlu ditingkatkan agar mahasiswa dapat merasa lebih nyaman mencari bantuan saat dibutuhkan. Selain itu, stigma seputar bunuh diri harus diatasi melalui pendidikan dan komunikasi terbuka. Hanya dengan pendekatan komprehensif ini kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang meningkatkan kesehatan mental mahasiswa dan mencegah bunuh diri yang tragis. Ini adalah tugas kolektif yang melibatkan semua sektor masyarakat dan hanya dengan bekerja sama kita dapat membawa perubahan positif dalam pendidikan dan kesehatan mental mahasiswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun