HIMA-HIMI PERSIS JAKARTA
Buka Bersama Anak Jalanan di Lb. Bulus Jakarta Selatan
Manusia adalah makhluk social, dimana sudah digariskan kenyataan untuk saling berbagi dan saling memenuhi satu sama lain. Tidak dapat dipungkiri, oleh pribadi manapun, oleh kelompok dan golongan manapun, bahkan oleh bangsa manapun. Hakikatnya semua dikehendaki untuk saling menikmati kekurangan, merasakan kelebihan dan menghubungkan lebih-kurang menjadi sesuatu yang cukup dan memenuhi satu sama lain. Menegaskan kepedulian, meniadakan keserakahan dan menyatakan keberagaman kebutuhan dan kesatuan yang tidak bisa terbantahkan.
Anak-anak Indonesia, hari ini beragam makna, beragam karya, beragam kondisi, beragam nyata, beragam suku bangsa, bahasa, budaya dan beragam Profesi. Mereka semua pada muara nya mempunya hak akan pendidikan, hidup layak sebagai anak yang diasuh dan dipenuhi kebutuhannya oleh orang tuanya. Hak sebagai anak itu melekat sejak dia lahir ke dunia ini, terlebih di banyak Negara, perlindungan terhadap anak itu sudah dimaktubkan dalam konstitusi, dasar hokum sebuah Negara.
Anak kecil menjadi pengamen, menjadi peminta-minta dengan bakat pas-pasan, bahkan dipaksakan bersuara oleh orang tuanya, Punk Jalanan, termasuk kategori Anak Jalanan. Maraknya kenyataan Anak Jalanan di Jakarta, adalah bukti ketidakberfungsian sebuah Negara dalam melindungi anak, ketidakberfungsian sikap peduli sebuah masyarakat dalam melindungi masyarakatnya sendiri, bahkan sesame manusia Indonesia, terkadang sebagian diantara kita mengganggap “anak kurang beruntung” tersebut sebagai sampah masyarakat, patut dijauhi karena jijik, patut dihindari karena dekat dapat merugi, patut diacuhkan karena angkuhnya sebagian manusia Indonesia. Sungguh Nyata yang keliru, itu terjadi dan menjadi budaya kita. Layaknya diacungkan tanda perang antara Kaum Jalanan yang dimarjinalkan, dengan kaum diluarnya, borjuis yang sama makan nasi nan angkuh.
Miris terlihat, Mereka sebagai anak bangsa diperlakukan seperti itu. Mereka sebagai bagian dari masyarakat kita, yang tergoda oleh nyata sengsara dan miskin merata di tempat tinggal dia berada. Mereka menikmati masa kecilnya dalam ranah yang luar biasa berani dan pasrahnya akan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan hidup yang utama. Mereka melangkah lebih maju dan premature dalam mencari sesuap nasi. Malang nian nasibmu kawan, tak kau dapati hidup nyaman atas bantuan orang baik yang sekarang sedikit terhitung jumlahnya. Ya, orang baik di Indonesia sekarang terbilang sedikit karena jumlah kemelaratan dan pembiaran kesengsaraan masih banyak menyebar luas, miskin merata dan dinikmati banyak orang, hanya sedikit yang bersyukur.
Setiap lampu merah penjuru Kota metropolitan ber-APBD 40 Triliun ini, mereka berkeliaran-ria bernyanyi dengan tangan meminta. Nyata terjadi, mereka bergerak atas perhatian orang tuanya, yang menantinya di pinggir jalanan. Menjadi sosok ibu yang memperhatikan anaknya dalam mencari belas kasih saying berupa uang recehan dari setiap manusia yang menaiki mesin ber-ban hitam. Di sekitar terminal, pasar, jalan raya, dekat Mall dll, mereka bekerja giat, bersaing dengan pegawai kantoran dalam mencari sesuap nasi.
Maka atas kenyataan itulah, kami dari Himpunan Mahasiswa dan Mahasiswi Persatuan Islam, menguras segala kemampuan dalam keterbatasan dengan Program Sosial kami, yaitu Pondok Ceria. Serba-serbi kegiatan yang kami upayakan menanggulangi masalah social-ekonomi-pendidikan “anak kurang beruntung” tersebut. Dimulai dari kegiatan Pendidikan Anak Jalanan yang kami adakan setiap hari sabtu di bawah Fly Over Lb. Bulus. Hingga bantuan-bantuan kecil atas kebutuhan kehidupan mereka.
Dibulan Ramadhan ini, kami menyelenggarakan Buka Puasa Bersama dan Pemberian santunan kepada 60 Anak Jalanan. Kami berbuka di Jalanan, di Bawah Fly Over tempat mereka mangkal, duduk bersama dan berbagi bersama. Dan kami berharap, dari apa yang kami berikan itu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan hidupnya. Ya, Mudah-mudahan Allah memberikan manfa’at atas apa yang kami usahakan.
Tentu, harus lebih banyak uluran tangan dari kita semua. Tidak hanya dari sisi ekonomis, tapi bantuan harus diupayakan dari semua bidang kehidupan. Realita ini membungkam banyak kebutuhan yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak. Kelayakan dan kecukupan menjadi tumpuan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Kami optimis, masih banyak manusia Indonesia yang berhati mulia. Yang akan menjadi makhluk social yang peduli dan peka social, non egois, kompromis akan kekurangan sesame hingga terpenuhinya hak sebagian kita yang sedang dilanda kemiskinan dan keterbelakangan di semua sisi kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H