Mohon tunggu...
Ihsan Fauzi
Ihsan Fauzi Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa SV IPB

Tugas Tugas

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Harga Ubi Kian Terpuruk, Petani Citeureup Merana

4 Maret 2020   09:02 Diperbarui: 4 Maret 2020   11:18 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret perkebunan ubi jalar, di Desa Leuwinutug, Kecamatan Citeurep, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selasa (25/02/2020) | dokpri

Citeurep, Bogor. (25/02/2020) Kondisi petani ubi kini tengah terpuruk. Harga tanaman palawija tersebut saat ini anjlok di pasaran Citeureup. Jika sepanjang tahun lalu (2019)  harga jual ubi bisa mencapai Rp 2.000 per kilogramnya, kali ini satu kilogram ubi hanya dihargai Rp 500. Bahkan di beberapa tempat justru di bawahnya. 

Kondisi ini tentu petani ubi mengaku jika selama empat bulan ini merupakan masa terburuk bagi petani ubi atau sabrang. Dia menyebut, saat ini bisa dibilang sudah mulai membaik meski sebenarnya masih sangat buruk. Harga ubi yang ditanam jauh dari jalan raya lebih memprihatinkan. "Kalau lokasinya jauh ya bisa Rp 300 per kilonya," kata Badru, seorang petani ubi jalar di Desa Leuwinutug . 

Kondisi ini tentu sangat merugikan petani. Mengingat dalam satu hektar, biaya produksi dan perawatan dari tanam hingga panen mencapai Rp 2 juta. Badru menuturkan, sebenarnya potensi panen bisa mencapai 1 hingga 2 ton

. Namun, ketika harga di pasar hanya di angka Rp 500 saja seperti saat ini, uang yang diterima petani hanya Rp 2-3 juta. Jumlah ini tentu sangat kurang jika dibandingkan modal yang dikeluarkan. Belum lagi ini nanti dampak psikologis yang dialami petani. "Rugi, ya meski barangnya bagus tetap rugi," keluhnya. Kondisi ini dipicu banyak petani yang tertarik menanam ubi jalar saat harga ubi cukup bagus, yakni di kisaran angka Rp 2.000. Saat itu, petani yang hanya memiliki lahan sempit pun terdorong ikut menanam, 

Penanaman dan perawatan ubi jalar tergolong mudah, tetapi struktur tanah di Desa Leuwinutug, Kecamatan Citeureup, banyak terkontaminasi oleh hama cacing dan tikus. jumlah ubi melimpah dan membuat harga menjadi rusak. "Petani banyak tergiur, semua menanam," ungkapnya. Jika melihat dari geliat penanaman, kemungkinan besar dalam kurun tiga bulan ke depan, kondisi harga ini masih belum stabil. "Belum ada kepastian harga soal ini," terangnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun