Mohon tunggu...
Ihsan Fauzan
Ihsan Fauzan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Inspirasi Zaman Abbasiyah dalam Aspek Ilmu dan Teknologi

26 Januari 2019   15:08 Diperbarui: 26 Januari 2019   15:20 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Zaman Daulah Abbasiyyah merupakan zaman dimana umat islam banyak berkembang dalam sisi keilmuan baik agama hingga eksakta. Tak salah bahwa pada zaman ini, lahirlah pemikir-pemikir besar muslim, sebut saja Ibnu Sina, Ibnu Haytam, Al-Ghazali, dan masih banyak lagi. Hal itu tentu tidak begitu saja lahir tanpa sebuah usaha dan nilai-nilai yang diperjuangkan kala itu oleh khalifah dan masyarakatnya. 

Pada masa-masa itu, hiduplah masyarakat dan khalifah yang memimpin dalam landasan keimanan yang kokoh serta perjuangan yang benar-benar dihidupi oleh ruh-ruh taqwa yang selalu terpatri dalam hati. 

Tak dipungkiri lagi bahwa zaman itu benar-benar titik emasnya umat islam pada abad pertengahan. Meski memang tidak seluruh masa pada Daulah Abbasiyyah, namun ada beberapa era yang mana kondisi ini benar-benar hidup. Tulisan kali ini ingin mencoba menelaah 'ibrah dari bagaimana pada masa Daulah Abbasiyyah, masyarakat bisa begitu hidup dalam aspek-aspek kehidupan khususnya keilmuan dan teknologi.

Dinasti Abbasiyyah mencapai puncak kejayaannya pada masa Khalifah Harun al-Rasyid yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya yaitu al-Ma'mun. Pada masa Khalifah Harun al-Rasyid, kekayaan negara banyak dimanfaatkan untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan, hingga farmasi didirikan. Pada masa itu, terdapat sekitar 800 dokter. 

Pada masa ini, teknologi dan keilmuan sangat diperhatikan dan sejarah telah mencatat bahwa, banyak sekali karya-karya keilmuan dan teknologi yang berhasil diciptakan dan diaplikasikan. Bahkan, banyak ilmuwan-ilmuwan hingga saat ini, terinspirasi oleh karya-karya nyata dari ilmuwan muslim kala itu. Sebut saja karya dari Ibnu Sina yaitu kitab Al Qanun fi Thibb.

Jika kita telaah lebih lanjut bagaimana proses ini terjadi, tentu ada sebuah sebab yang menjadikan kejayaan umat islam khususnya peran dan kontribusi islam kepada dunia dengan karya-karya keilmuan dan teknologi itu dapat terjadi. Khalifah Harun al-Rasyid merupakan pemimpin yang ideal kala itu. Al-Khatib al-Baghdadi menyebutkan dalam Tarikh Baghdad, "Sebagian sahabat Harun bercerita bahwa ia shalat setiap hari sebanyak 100 rakaat. Hal itu ia lakukan dengan istiqomah hingga wafat. Kecuali ada sebab-sebab yang menghalanginya. 

Ia bersedekah dengan mendermakan 1000 dirham setiap hari. Apabila ia menunaikan haji, turut serta bersamanya 100 ahli fikih (ulama) dan anak-anak mereka. Jika ia tidak berhaji, maka ia menghajikan 300 orang dengan bekal baju besi, kiswah, dan yang lainnya." (Tarikh Baghdad Bab al-Hau). Tak hanya keshalehannya, kita bisa juga melihat bagaimana sosok pemimpin itu menjadi teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan ulama membuatnya menjadi fokus untuk mengembangkan keilmuan pada zamannya.

Keshalehan pemimpin, ketaatan masyarakat, serta fokus terhadap pengembangan keilmuan dan teknologi menjadi sebab-sebab terciptanya kondisi ideal untuk mengembangkan lebih lanjut ilmu pengetahuan. Jika kita bandingkan dengan apa yang terjadi saat ini di Indonesia, sungguh masih jauh terhadap apa yang seharusnya menjadi kata 'ideal'. Jangankan ilmu pengetahuan yang terkuasai, sumber ilmu yaitu guru/dosen/ulama saja masih banyak di antara kita yang tidak menghormati mereka. 

Mulai dari hal kecil berupa etika kita terhadap guru atau dosen yang sudah mulai berkurang hingga hal yang besar yaitu ulama yang kita persekusi. Sungguh masih jauh. Kitanya saja masih seperti ini, bagaimana kita mau membicarakan hal besar dan jauh lebih besar untuk memajukan bangsa. Mungkin saja, ketidakhormatan kita kepada sumber ilmu itulah yang menyebabkan kita selalu terganjal dan pengembangan teknologi di Indonesia masih terhambat (selain faktor teknis seperti alokasi dana penelitian yang minim, dll.).

Terakhir, semoga kita yang membaca ini semakin sadar bahwa ilmu pengetahuan sangat penting dan kita memang dituntut harus selalu belajar hingga akhir hayat. Semoga pula kita semakin sadar bahwa sumber ilmu pengetahuan haruslah dihormati sebagaimana Harun al-Rasyid sangat menghormati para ulama hingga beliau memastikan kesejahteraan mereka. Zaman sekarang sudah sangat mudah mendapatkan ilmu, namun jangan sampai kemudahan itu justru menjadi pemukul balik bagi kita dengan bermalas-malasan mencari ilmu. Wallahu 'alam

               

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun