Mohon tunggu...
Ihsan Aufa
Ihsan Aufa Mohon Tunggu... Novelis - Murid SMKN 11 Semarang

Hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perasaan Paling Menjijikkan

13 Juli 2024   15:55 Diperbarui: 13 Juli 2024   16:11 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu sang surya membakar bumi dengan penuh semangat. Dengan badan yang cukup kepanasan aku bangun dari kasurku. Dengan napas yang terengah-engah aku berusaha bangun dan menstabilkan tubuhku. Aku berjalan keluar dari kamar dan memeriksa meja makan. 

kuangkat tudung saji yang melindungi makanan itu dan melihat mereka satu persatu. Terlihat mejikom yang penuh dengan nasi dan beberapa gorengan di sebuah nampan. Melihat itu muncul sebuah perasaan aneh di pikiranku. Kebigungan saja tidak cukup untuk menjelaskan perasaanku saat itu. 

"Kayak ada yang kurang," ucapku sambil melihat makanan itu lagi satu persatu. 

Aku benar-benar kebingungan, ada sesuatu yang sangat mengganjal di pikiranaku saat itu. Saat itu aku hampir menggunakan 100% kemampuanku hanya untuk menyadari apa yang kurang. Beberapa menit kulalui dengan perasaan yang campur aduk, sampai pada akhirnya aku menyadari sesuatu.

"Ohhhhhh kurang sambel coooy," pikirku sambil menghela napas panjang bersamaan dengan sebuah senyuman yang terpapar jelas pada wajahku. 

Aku pun beranjak dari sana, ku ambil dompet andalanku dan memasukkan beberapa lembar kertas yang siap untuk kutukarkan dengan sambal. Dengan penuh semangat aku keluar dan segera berangkat menuju warung terdekat. 

Cuaca serasa sangat panas hari itu, membuat napasku menjadi sedikit tidak bisa tercontrol. Namun panasnya matahari tidak akan bisa menghentikan semangatku untuk mencari sambal. Kedua kakiku silih berganti menggerakkan tubuhku. Otakku mengatur kaki, tangan dan tubuhku untuk membuat sebuah gerakan berjalan yang konsisten dan efisien. Di pertengahan jalan seketika semua semagatku hilang begitu saja. 

Dari kejauhan aku melihat sebuah sosok manusia yang sedang menuju ke arahku. Wajahnya tampak sangat familiar yang membuat otakku membuka memoriku beberapa tahun yang lalu. Dia adalah salah satu sahabatku, beberapa tahun yang lalu aku melakukan banyak hal bersama. Kemasjid bersama, duduk bersama, mendengarkan khotbah bersama. Tapi semua itu terputus sejak 2 tahun yang lalu. Kami berdua hampir tidak pernah bicara satu sama lain. 

Mengingat semua itu, aku pun bertekad untuk menyapanya. kusiapkan semua mental dan energiku untuk mengucapkan sepatah kata untuknya. Kami berdua mulai semakin dekat, seketika mentalku lansung turun dengan drastis seakan jatuh kedalam palung mariana. Yang tersisa hanya perasaan tertekan dan tidak bisa bicara. Kami semakin dekat dan akhirnya kami berpapasan. Suasana menjadi hening seketika, dunia serasa berhenti menungguku untuk menyapanya. 

Tapi mental kuat yang sudah kusiapkan hancur begitu saja. Akhirnya kami berdua hanya diam dan tetap melanjutkan langkah kami tanpa sepatah kata pun. Kami berdua sama-sama memasang wajah datar tanpa ekpresi seakan sedang berpapasan dengan orang asing. Setelah beberapa langkah aku berhenti sejenak.

"Menjijikkan," ucapku pada diriku sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun