"Hah. Ya udahlah ya," balasku sambil menghela nafas.Â
"Eh sebelumnya nih, bukannya Maulid Nabi itu di larang ya?" tanya temanku.Â
"HM. Sebenarnya ini adalah pembahasan yang menarik. Ada beberapa imam yang melarang tapi ada juga yang memperbolehkan. Beberapa imam yang melarang beranggapan bahwa, Maulid Nabi tidak pernah di lakukan pada salaf, padahal mereka itu panutan kita, ini pendapat dari Imam Al-Fakihani. lalu para imam yang memperbolehkan kebanyakan berpendapat bahwa Maulid Nabi bukanlah hal yang melenceng dari agama, karena dalam Maulid Nabi kita juga membaca puji-pujian dan shalawat.Â
Jadi beberapa imam mengatakan bahwa hukumnya adalah bid'ah khasanah seperti pendapat dari  Imam Ibnu Hajar Al-Asqalanis dan Imam As-Suyuthi. Jadi ada dua pendapat, kalo aku si setuju-setuju aja, apa lagi juga lumayan motong jam pelajaran," ucapku sambil senyum-senyum sendiri.Â
"Cih. Dasar orang pintar yang tidak mau belajar," pikir temanku yang melihat responku.Â
Acara pun di mulai dan semuanya berjalan lancar tanpa beban. Mulai dari pembacaan Maulid Diba, istighosah, pembacaan ayat suci Al-Quran dan juga tausiyah. Namun di acara tausyiah aku sedikit kecewa karena ustadz hanya berbicara selama kurang dari 8 menit. Tapi di sisi lain aku juga senang karena ustadz itu peka bahwa para siswa sudah mulai kepanasan.Â
                   ***
"Acara yang hebat," ucap temanku yang sedang berjalan menuju ke kelas bersamaku.Â
"Iya benar. Walaupun singkat pembicaraan jelasin tentang sifat-sifat Nabi. Kayak memaafkan ketika orang mengejek kita ama kejujuran Nabi. Tapi kayaknya bakal lebih bagus kalo tadi di tambahi kesederhanaan Nabi deh soalnya Nabi juga terkenal karena kesederhanaannya kan," responku.Â
"Setuju si. Yah, aku harap panitia Rohis sekolah bisa dapet dana dari Kepsek biar acara-acara kayak gini bisa jadi lebih bagus. Dari pada bikin acara joget-joget gak jelas, harusnya acara keagamaan gini yang harus lebih di tekankan," sahut temanku.Â
"Walaupun terlihat biasa saja. Tapi pemikiranmu benar-benar hebat wahai temanku, hm tidak. Saudaraku," pikirku sambil merangkul pundaknya.Â