Oleh: Ihsan Taufik Hidayat
Zaman modern ini kita memang tidak bisa menafikan kehadiran media informasi. Oleh karena itu rasanya mudah sekali untuk mencari informasi, salah satunya dalam media di internet. Bila kita ingin mencari informasi tentang sastra atau karya sastra (khususnya puisi) dengan mudahya kita bisa menemukannya dengan beberapa detik. Akan tetapi dengan kemunculan media komunikasi jejaring social (facebook) seiring dengan merambahnya internet, tidak sedikit pula orang-orang menulis puisi karyanya sendiri di media tersebut. Kemunculan karya sastra pun menjadi praktis, seseorang tinggal mempbulikasikanya dengan hanya sekedar mengomentari lalu mengacungkan jempol. dengan kata lain tidaklah sulit bagi kita untuk bisa menikmati atau mengapresiasi puisi.
Di sisi lain, dengan kehadiran facebook sebagai media maya dalam apresiasi karya sastra (puisi) hanya sedikit orang yang bisa memahaminya. Maksudnya banyak yang tidak memahami maksud atau makna puisi. Memang ini sudah sejak lama menjadi problematika diantara sastra media cetak (Koran, majalah, buletin) dan menjadi ajang diskusi yang panjang semenjak kemunculan saibersastra.
Dalam tulisan ini saya tidak akan membahas panjang lebar tentang apa itu karya saibersastra. Tapi saya akan memberikan pandangan lain tentang karya sastra yang menjadi problematika pengguna jejaring social facebook itu sendiri, dari mulai masyarakat awam yang tidak mengenal bahasa sastra atau pun mahasiswa sastra yang kuliah di jurusan sastra yang tidak bisa membedakan antara bahasa lebay dan bahasa puisi.
Lebay atau hiperbola dalam buku bahasa Indonesia didefinisikan sebagai ucapan atau kiasan yang dibesar-besarkan yang dimaksudkan untuk memperoleh efek tertentu. Lebay adalah bahasa gaul anak muda di Indonesia, Lebay yang berarti berlebihan.Penggunaan kata lebay ini sering di aplikasikan pada kalimat yang berhubungan dengan tutur kata. Lebay, sudah dikenal beberapa tahun terakhir ini. Menarik untuk disimak, setiap hari saat kita mengakses Facebook mungkin akan selalu menemui orang-orang yang Lebay.
Lalu apa ada hubungannya antara puisi dengan lebay? Memang dari segi kata-kata yang digunakan puisi menggunakan bahasa yang tidak lazim dan sulit difahami atau ditafsirkan, meminjam pemahaman linguistiknya adalah konotatif atau sering kali puisi yang baik yang menggunakan symbol (semantic) dan majas, tentu saja banyak yang menggunakan bahasa yang paradigmatic juga.
Akan tetapi puisi mempunyai bahasanya sendiri yaitu bahasa puitis bukan bahasa lebay, diantaranya metaphor, metonim, anaphora, oksimoron, personifikasi, simile . saya ambil contoh, Metaphor yakni pengungkapan yang mengandung makna secara tersirat untuk mengungkapkan acuan makna yang lain dari makna sebenarnya, misalnya “cemara pun gugur daun” mengungkapkan makna “ketidak abadian kehidupan” atau “kau gadaikan jassadku pada tanah” mengungkapkan makna “kau menginginkan ku mati”. Berbeda dengan bahasa lebay cara pengungkapan maknanya secara langsung tetapi dilebih-lebihkan contohnya “aku ingin kau cepat mati karena telah menyakitiku”.
Kita ambil contoh lain dari bahasa lebay dan bahasa puitis, dari bahasa lebay “sayang, aku rindu padamu tapi aku tidak bisa hadir dikesendirianmu karena hujan” berbeda yang di ungkapkan bahasa puitis “rinduku menjelma dalam hujan, setiap ricik yang menetes melantun nada menghangatkan sepimu” dari contoh bahasa lebay secara otomatis pertama kali kita membaca kata tersebut .seseorang dapat langsung mengetahui maksudnya setelah membacanya, yakni seseorang yang rindu kepada seseorang. tapi dari contoh bahasa puitis kita harus mencari makna dari bahasa konotatif tersebut untuk memahami maksudnya apakah rindu kepada seseorang atau rindu kepada hujan, karena bahasa puitis bahasa yang jarang digunakan dikehidupan sehari-hari.
Menurut Ralph Waldo Emerson seorang penyair amerika claisic “puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sedikit mungkin”. Jikalau kita bandingkan dengan lebay, lebay ialah berlebihan (hiperbola), secara sederhana puisi tidak menghambur-hamburkan kata sebaliknya bahasa lebay sesuatu yang melebihkan kata-kata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H