Kita akan butuh dokter hanya ketika kita sakit. Seseorang akan butuh polisi hanya karena ingin jaminan keamanan. Kita akan butuh pedagang hanya karena ingin memenuhi kebutuhan hidup.Â
Seseorang akan butuh pekerja hanya karena ingin meringankan beban pekerjaannya. Namun ada satu hal yang tidak dapat kita pungkiri, sadar atau tidak, senang atau tidak, tak akan pernah ada dokter, polisi, pedagang bahkan pekerja tanpa adanya seorang guru di balik kesuksesan mereka.
Jika mengacu kepada perkataa Imam Ali bin Abi Thalib, "Saya menjadi hamba bagi orang yang mengajariku satu huruf ilmu...", maka tepatlah kiranya kita meletakkan guru sebagai orang tua kedua setelah orang yang telah melahirkan dan membesarkan kita semua.Â
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, orang kaya dititipkan harta yang melimpah agar ditasharufkan di jalan Allah swt, orang yang memiliki fisik yang kuat diamanatkan agar dapat berjuang di jalan Allah swt dengan kekuatan fisiknya.Â
Guru adalah hamba Allah swt yang dititipkan ilmu agar dapat disebarkan kepada orang lain. Maka tak sepantasnya seorang guru menuntut hak kepada makhluk sementara dia hanyalah pelaksana amanat dari Zat Yang Maha Memiliki Ilmu.
Dalam Bahasa Arab kita dapat menemukan beberapa kata yang makna dalam Bahasa Indonesianya adalah guru, di antaranya mudarris, mu'allim, ustadz, syeikh, mursyid, dan lain sebagainya. Jibril adalah gurunya Rasulullah Muhammad saw. Rasulullah saw adalah gurunya para sahabat. Para sahabat adalah gurunya para Tabi'in. Tabi 'in adalah gurunya Tabi'ut Tabi'in, dan terus sampai kepada ulama hingga kepada kita semua. Sekelas Rasul saja masih membutuhkan guru, lalu apalah dengan kita?.
Guru bukanlah sekedar orang yang memiliki ilmu, namun ia pandai mengelola ilmunya. Sehingga menjadi tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat pada tempat yang semestinya diberikan. Seorang guru yang sadar akan statusnya sebagai hamba Allah swt, maka dia akan selalu menjadi pelita di manapun ia berada.Â
Maka hanya berasal dari guru yang ikhlas lah akan lahir murid yang ikhlas, akan lahir generasi yang cerdas berasal dari guru yang cerdas. Tepatlah sebuah ungkapan yang berbunyi "dengan seni hidup menjadi lebih indah, dengan agama hidup bisa menjadi lebih terarah, dan dengan ilmu hidup bisa menjadi lebih mudah". Tak ada pilihan lain bagi kita selain terus meraih bimbingan dari seorang guru agar tidak tersesat di dalam gelapnya kehidupan di dunia
ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H