Memasuki tahun 2024, Kampanye pemilu Pilpres/Cawapres Indonesia kini berada pada tahap penting: dari serangkaian lima debat yang disiarkan televisi secara langsung, awal tahun ini akan disambut dengan Debat Ketiga yang akan berlangsung tgl. 7 Januari 2024.
Dalam Debat Ketiga ini mungkin KPU masih akan mempertahankan format seperti dalam dua debat sebelumnya. Dua debat sebelumnya menghasilkan kebingungan bagi sebagian besar pemirsa, karena tidak berhasil mengeksplore ide dan gagasan para kandidat.
Para panelis yang terdiri dari para ahli hingga guru besar dari bidang yang terkait maateri, Â dibatasi perannya hanya sebagai "tukang ambil nomor", persis seperti dalam kuis atau "pengkonclongan" turnamen sepak bola.
Meski demikian, diharapkan debat ketiga akan menampilkan sesuatu yang lebih dari apa terlihat dari debat pertama dan kedua. Mengingat debat ketiga akan menampilkan para Capres, tidak ada salahnya bila memori kita diingatkan kembali apa yang terlihat dari debat pertama (Capres).
Apa Yang Bisa Dilihat Dan Disimpulkan Dari Debat Perdana?
Debat perdana Calon Presiden pada 22 Desember 2023 lalu berfokus pada enam tema: hukum, hak asasi manusia, pemerintahan, pemberantasan korupsi, reformasi birokrasi, dan penguatan demokrasi. Dimoderatori oleh dua pembawa acara, menampilkan 11 panelis yang terdiri dari para ahli, dengan materi yang telah dirumuskan secara tertulis, dan pertanyaan debat dengan cermat dipilih secara acak oleh para panelis untuk dijawab oleh ketiga kandidat.
Para peserta kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan pilihan satu sama lain dan terjadi perdebatan sengit, terutama antara Prabowo dan Anies. Namun, untuk menunjukkan kemahiran politiknya, ketiga politisi kawakan tersebut dengan cekatan menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit, yang sayangnya tanpa memberikan jawaban yang jelas dan konkrit.
Dalam pandangan penulis, penampilan menonjol pada malam itu adalah milik Anies Baswedan yang menampilkan dirinya sebagai kandidat pendukung perubahan. Ia tampil tegas dan menyerang secara lugas sejak awal, dengan jelas memposisikan dirinya sebagai katalisator transformasi.
Dengan memanfaatkan latar belakang intelektualnya, Anies sangat santai dan energik dalam debat tersebut. Dengan terampil Anies menambahkan data untuk memperkuat argumentasinya. Dengan menjadikan "perubahan" sebagai tema dan misi utama kampanyenya, Anies secara strategis menarik kontras yang tajam antara dirinya dan pemerintahan Presiden Jokowi, sehingga menampilakn dirinya sebagai representasi oposisi yang tangguh dan bermartabat.
Di sisi lain, Prabowo Subianto tampil defensif, terutama ketika menjawab pertanyaan pertama dari Anies yang "menantang" mengenai pelanggaran HAM masa lalu di Papua dan terutama pertanyaan Anies mengenai keputusan Mahkamah Konstitusi yang mengizinkan Gibran mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden.
Ketika menjawab keterlibatannya di balik penculikan aktivis pro-demokrasi pada tahun 1997-98, Prabowo menjawab dengan mengatakan bahwa permasalahan tersebut telah terselesaikan. Ia hanya menyatakan bahwa aktivis demokrasi, Budiman Sudjatmiko, yang pernah menjadi korban penculikan kini mendukungnya. Tetapi sama sekali tak memberi jawaban rasional yang di dukung data.