Serang ( 30/01/2022) - Pada masa pandemi seperti saat ini, banyak sekali masyarakat yang terkena akan dampaknya seperti masalah kesehatan sehingga pemerintah menganjurkan stay at home. Jika masyarakat terus dalam kondisi seperti itu maka status ekonomi masyarakat akan menurun dan tentunya kebutuhan sehari-harinya pun akan tidak tercukupi sehingga dampaknya merambat ke masalah kesehatan. Kreativitas dan inovasi dibutuhkan jika ingin berkembang dan kebih maju dari masa yang telah dilalui. Prinsip itu sepertinya dipegang teguh mahasiswa Universitas Diponegoro yang mengikuti KKN TIM I UNDIP tahun 2021/2022 Adalah Ihsan Fahroji (21), mahasiswa Prodi Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat yang menganut prinsip itu sehingga mampu mengolah pelepah pisang menjadi keripik yang gurih.
Lokasi KKN yang diambil adalah Desa Batukuda, Kec. Mancak, Kab. Serang Provinsi Banten. Desa Batukuda merupakan Desa Batukuda dengan wilayah yang masih terbilang asri. Keseharian masyarakat Desa Batukuda adalah bercocok tanam, buruh tani, dan bangunan, buruh bangunan serta berdagang dan lainnya. Mengingat keadaan wilayah Desa Batukuda masyarakat umumnya sudah aktif mengelola lahan pertanian maka masyarakat desa batukuda melakukan pertanian padi,berternak serta budidaya pisang terutama pisang ambon untuk membantu mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Oleh karena itu mahasiswa KKN TIM I UNDIP melakukan inovasi di desa tersebut terutama pada budidaya pisang.
Setelah masa panen pisang,maka batang pisang akan dibuang dan menjadi limbah sehingga menimbulkan pencemaran dan menjadi sarang bakteri, oleh karena itu agar batang pisang bisa dimanfaatkan maka, mahasiswa KKN UNDIP TIM 1 2021/2022 melakukan inovasi dengan mengubah pelepah pisang menjadi cemilan yang mudah untuk dibuat yakni keripik pelepah pisang. Tentunya dengan inovasi ini akan sangat berguna untuk masyarakat mengingat dimasa pandemi ini, olahan pelepah pisang bisa menjadi solusi untuk menjadi penghasilan tambahan dan mengurangi limbah batang pisang.
Ihsan mengakui, gagasan mengolah pelepah pisang menjadi keripik berawal dari melihat video tutorial membuat keripik pelepah pisang di internet. Ketika melihat videonya awaslnya membingungkan dan dia melihat di Desa Batukuda banyak pohon pisang. “Tapi pohonnya setelah masa panen pisang kenapa dibuang dan tidak dimanfaatkan ya,” ungkap Ihsan Fahroji, sabtu (29/01/2022).
Mahasiswa asal Desa Batukuda itu mengakui, ide mengolah pohon pisang menjadi keripik tidak murni lahir dari pikirannya. Ia menyaksikan tayangan video sebuah platform media sosial.Mulailah Ihsan bereksperimen mengolah batang pisang menjadi keripik setelah berkonsultasi dengan dosen Gizi Kesmas. Dukungan dari dosen pengampu menambah semangat Ihsan sebagai Mahasiswa KKN TIM I UNDIP Tahun 2021/2022 sehingga akhirnya bisa membuat keripik pepelah pisang.“Tekstur pohon pisang justru membuat keripik jadi lebih khas,” ungkap Ihsan.
Untuk membuat keripik pelepah pisang, Ihsan membutuhkan pohon pisang yang masih segar. Pohon pisang tersebut diambil bagian dalamnya dan dicuci bersih-bersih dengan air mengalih. Kemudian diiris tipis-tipis sesuai bentuk yang diinginkan, setelah itu direndam dengan air selama satu atau dua malam. “Kemudian dicuci kembali sampai getahnya benar-benar hilang,” jelas Ihsan.Setelah kering, pohon pisang yang sudah diiris tipis itu dicampur dengan tepung dan siap untuk digoreng. Bisa juga dicampur dengan berbagai rasa, seperti pedas dan asin.“Untuk saat ini, saya hanya memproduksi keripik batang pisang dengan rasa balado. Tapi ke depan terbuka memproduksi berbagai rasa sesuai permintaan pasar,” tambah Ihsan lagi.
Kini tutorial membuat keripik pelepah pisang di edukasikan di sekitar Desa Batukuda Kecamatan Mancak Kabupaten Serang provinsi Banten agar masyarakat bisa memasarkannnya dan mengurangi limbah batang pisang. Edukasi dilakukan di setiap RW/RT Desa Batukuda dengan bantuan ibu-ibu PKK, Tentunya edukasi membuat keripik pelepah pisang menjadi program unggulan Ihsan Fahroji mahasiswa Universitas Diponegoro yang sedang KKN TIM I Tahun 2021/2022 di daerah tempat tinggal dan edukasi ini diharapkan dapat mengatasi masalah perekonomian masyarakat Desa Batukuda yang terdampak Pandemi Covid-19.
Penulis : Ihsan Fahroji ( Gizi Kesehatan Masyarakat/FKM2018)
DPL : Karnoto, S.T., M.T
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H