Sabtu sore, aku termenung sendiri di pintu asrama yang selama ini aku lalui setiap harinya. Bisikan angin membelai manja, membuat aku menerawang jauh ke depan sana, ya ke depan. Masa depan yang entah aku pun tak tahu akan jadi apa,.. umurku masih 15 tahun, bergulat dengan dunia remaja, dunia ABG yang kukira memang sudah tak karuan, miris,.. apalagi jika mendengar cerita kakak-kakakku di asrama, seram kelihatannya. Kini aku duduk di bangku SMP, kelas 3,.. ya kelas 3 SMP,.. dan sampai saat ini aku tak tahu arah tujuanku kemana, aku tak punya siapa-siapa, ups, maksudku keluargaku hanya penghuni asrama ini yang selalu ada untukku diakal aku susah maupun senang..
Senangnya melihat mereka yang dapat hidup normal, memilih sekolah favorit yang mereka inginkan, sementara aku, harus termangu melihat ke segala arah dengan kekurangan yang aku miliki, masih ku ingat saat aku hendak masuk SMP, untuk dapat melanjutkan studiku ke SMP favorit, aku harus mati-matian meyakinkan para pengasuh bahkan ummi, jika aku bisa mendapat beasiswa dan tanpa mengurangi tunjangan pendidikanku,. Pada saat itu mereka percaya dan berkat-Nya aku mampumenyelesaikan studiku sampai saat ini,.. Namun dengan keadaan sekarang, keadaan panti yang sedang carut marut akupun tak tega jika harus memelas meyakinka mereka kembali, karena aku tahu, sekarang zaman yang sulit,..
Kesulitan ini tak hanya aku yang mengalami, itu pulalah yang membuatku semakin takut, takut jika semua mimpi-mimpiku akan terkubur begitu saja seperti ka naysa,. Dulu ia sepertiku, tak mau kalah selalu ingin jadi yang pertama, namun saat SMP dia tak bisa melanjutkan ke SMA karena ummi sedang tak ada uang, sementara adik yang lain sedang sangat membutuhkannya,.. akupun sekarang merasakan apa yang dirasakan ka naysa,. sakit rasanya, namun mau apalagi..? ka naysa memilih pasrah karena tak tega dengan ummi, juga pengasuh yang lain,.. ia hanya bisa tersenyum saat aku menanyakan bagaimana perasaannya,.. hingga akhirnya, ia dinikahkan oleh ummi kepada kakak-kakak yang tak terlalu ku kenal, kakak itu orang seberang,. ia ke bogor hanya untuk liburan dan berkunjung kesini, ya kesini karena orang tua kakak itu salah satu donatur kami, namun dengan semakin bertambahnya jumlah anak pemberian donatur pn terkesan pas-pasan saja,.. kakak itu bekerja dipertambangan, beruntung ka naysa, itu yang selalu ummi bilang,. entah dengan aku, apakah yang dapat aku temui setelah episode ini berakhir? apakah aku akan seperti ka naysa memasrahkan diri, pasrah kepada Ilahi dan percaya pada takdir diri... atau mungkin aku kan terus berilusi???
>>> bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H