Mohon tunggu...
Ihdina Sabili
Ihdina Sabili Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I am an ordinary woman with a high dream

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perjalanan Kehidupan

13 April 2015   12:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:10 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kukisahkan tentang sebuah perjalanan, kehidupan, dan perjuangan. Suatu hari aku ditakdirkan untuk melakukan sebuah perjalanan, ke sebuah kota. Dimana disana akan kutemukan sahabat-sahabat dekatku, orang-orang terhormatku, yang selalu kucintai dan kurindukan, kusegani dan juga kusayangi, dan kuhormati juga kuagungkan. Dengan sebuah perhelatan besar, lepas lajangnya sahabat kami, cantik jelita, kepada pangeran yang telah mempersuntingnya. Aduhai, alangkah bahagianya sang pengantin dan juga kami tentunya.

Bersama seorang teman, ku melangkah pagi hari dan ketika pulang dari acara tersebut, kehidupan akan perjalanan nyata itu terpapar nyata di hadapanku. Setelah didrop di terminal bis, kami mencari-cari bis mana yang bisa kami tumpangi untuk pulang ke Surabaya dengan selamat, aman, dan nyaman. Karena melihat situasi saat itu, arus balik sedang mencapai puncaknya, dan kami diantara mereka yang berjuang berdesakan demi mencari kendaraan untuk kembali ke kota besar kedua di Jawa itu.

Setelah menunggu sampai sekitar 45 menit akhirnya bis yang kami bergerak. Menurut hasil mengupingku atas perbincangan sopir dan kondektur, mereka hanya mencari penumpang yang bertujuan Surabaya, karena mereka akan melewati jalur alternatif melintasi tol baru di Jombang. Dan meskipun begitu, mereka telah berhasil mendapatkan penumpang yang sangat maksimal, sehingga orang yang berdiri pun hampir sama jumlahnya dengan yang mendapatkan duduk. Di awal perjalanan, semua baik-baik saja, hingga ketika bis mulai masuk tol baru yang sangat sepi, saat itu senja, dan aku sangat menikmatinya.

Namun ternyata perjalanan tak semulus perkiraan kita semua, tepat sebelum mengantre di gerbang tol, bis mendadak berhenti dan tidak bisa dinyalakan lagi, hingga sebagian penumpang memilih untuk turun sejenak, sekitar 20 menit kemudian bis berjalan kembali, tapi aku tahu kondisinya tidak semakin membaik, dia tidak bisa melaju kencang dan bunyi deru mesinnya terdengar janggal di telingaku. Tak henti aku berdoa di dalam hati, memohon keamanan dan keselamatan kami, tapi mungkin aku sedang panik dan tidak berpikir panjang, dalam doaku aku lebih menekankan pada yang terpenting aku sampai di Surabaya dengan selamat dan tidak terlalu malam. Karena pertimbangan kami harus keluar dari terminal purabaya sebelum jam 22.00 mengingat beberapa kejadian terakhir yang tidak menyenangkan bagi para pengendara malam.

Setelah melintasi jembatan di daerah ploso, jombang, bis semakin mengkhawatirkan, aku semakin kencang berdoa, suasana semakin tegang, tapi dua kondektur di depan berusaha mencairkan suasana dengan tak henti bercanda dan berbincang, sedikit mengganggu konsentrasi ketegangan kami para penumpang yang berdebar-debar. Ketika kondisi jalanan sangat gelap, di kanan jalan sungai yang dibatasi dengan tanggul yang cukup tinggi dan gelap, sedangkan di kiri jalan semak-semak yang juga tak kalah gelap, tiba-tiba para penumpang di belakang berteriak-teriak untuk segera memberhentikan bis. Bagian belakang bis atau mesinnya itu menguap seperti ada sesuatu terjadi pada mesinnya. Otomatis kami semua para penumpang menegang dan segera meminta sopir menepikan bis. Dan kami semua turun dengan ketakutan penuh lantaran keadaan sekitar yang sangat menyeramkan.

Sepuluh menit berlalu, tidak ada kabar membaik dari kondisi bis yang sedang diusahakan oleh para kondektur dan sopirnya. Aku dan temanku mencoba menyusuri jalan, mencari secercah kehidupan di tengah kegelapan semak-semak, hingga sampailah kami pada sebuah musholla kecil dan beberapa rumah penduduk. Ternyata, tak jauh di belakang kami menyusullah seorang lelaki dengan kisaran usia tak jauh dariku, mengajak berbincang dengan kami untuk mencari solusi keluar dari daerah yang sepi dan gelap ini. tiba-tiba dia menepi di bahu jalan, melongok-longokkan kepala ke kanan jalan, tak lama kemudian sebuah truk melintas, ia lambaikan tangan pada truk tersebut, dan seketika berhenti di depannya. Setelah kulihat dia berbincang kecil dengan sang sopir, ia lambaikan tangan ke arah kami, dan kami pun diangkut dengan Cuma-Cuma oleh pak sopir yang sangat baik hati.

Perjalanan kali ini benar-benar di luar bayangan kami, sama sekali tak terpikirkan, dan benar-benar pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Betapa tidak, di akhir perjalanan yang menyenangkan, kami harus mengalami juga perjalanan yang kurang menyenangkan, semua ini semata-mata pelajaran nyata yang harus diambil hikmahnya. Perjalanan dengan truk ini awalnya kami rasakan dengan berdebar-debar, segala kemungkinan buruk berkecamuk di pikiran masing-masing dari kami, tapi aku segera menepisnya dengan cepat, sehingga tersisa prasangka baik saja yang kufokuskan pada semua kejadian ini. pak sopir truk yang berhati mulia ini sangat nyaman dengan keberadaan kami, sama sekali tak mengganggu dan merepotkan beliau, dan perbincangan demi perbincangan pun menghiasi perjalanan indah ini.

Bapak sopir truk yang berhati mulia ini dalam perjalanan menuju mojosari, jadi kami tidak bisa menumpang sampai tujuan akhir kami. Itu tak masalah, sudah mencapai jalan raya sangat melegakan kami, paling tidak di jalan raya ini sudah banyak bis atau kendaraan umum yang berkenan menyertakan kami pada tumpangannya. Sesampainya di SPBU krian, kami diturunkan, betapa bapak sopir berhati mulia sangatlah ramah dan baik hati, tanpa kesediaan tumpangan beliau, mungkin kami masih terkatung-katung di kegelapan semak-semak. Semoga kehidupan dan rezeki bapak melimpah, barokah, dan senantiasa dalam ridlo Allah. Amin. Satu pelajaran penting yang takkan kulupakan dari beliau sepanjang perjalanan kami adalah, “Wong iku nek kelakuane apik, praupane apik, insya allah olehe yo apik terus” satu kalimat yang menjawab pertanyaan-pertanyaan kami tentang isu pembegalan yang kerap terjadi belakangan ini. yang artinya adalah, setiap orang yang perilakunya baik, tutur dan sikapnya baik, maka insya allah akan selalu dapat yang baik pula. Dan aku sangat setuju dengan hal ini.

Sepeninggal bapak baik hati, kami bertiga kembali menunggu takdir baik atas perjalanan ini di tepi jalan, sambil selalu melihat kendaraan yang melintas dari arah kiri kami. Beberapa bis besar melintas tapi tak mengacuhkan lambaian tangan kami, rupanya mereka bis patas yang sudah tidak mau menerima penumpang lagi, atau bis ekonomi yang sudah tidak mempunyai space kosong untuk kami sekedar berdiri di dalamnya. 20 menit berlalu, melintaslah bis hijau kecil yang setahuku dari mojokerto dengan tujuan akhir joyoboyo, kami lambaikan tangan kami dan kutanyakan, apakah turun terminal bungurasih, dan ternyata kondekturnya adalah seorang perempuan yang kemudian kuketahui adalah istri sang sopir sendiri. Lagi-lagi Allah masih menyayangi kami, kami bertiga mendapatkan tempat duduk, dan bis pun melaju dengan lumayan kencang.

Perjalanan kami tertinggal 200 m hingga mencapai pintu masuk bungurasih, tiba-tiba sebuah angkot menepi di hadapan bis hijau yang kami tumpangi dan keluarlah 4 orang laki-laki dewasa menyerbu bis kami, ada yang menghampiri sopir dari jendelanya, ada yang masuk ke pintu depan danada juga yang masuk ke pintu belakang. Betapa terkejutnya aku, dalam persangkaanku orang-orang itu adalah orang-orang yang sedang mabuk atau bermaksud jahat kepada kami. Betapa bergidiknya kami semua penumpang di bis itu. Ternyata setelah kudengarkan dengan seksama, masalahnya adalah pak sopir telah berani melanggar aturan yang ditetapkan untuk bis hijau itu, yakni yang seharusnya bertujuan akhir joyoboyo, dan tidak melintas bungurasih malah melakukan hal yang dilarang itu. Betapa mirisnya aku melihat pak sopir yang sudah berusia cukup lanjut itu mendapat perlakuan kasar dari bapak-bapak yang mendadak menyerbu kami tadi. Sampai akhirnya salah satu dari mereka mengomando kami para penumpang untuk segera turun semua. Untungnya aku dan temanku yang memiliki tujuan akhir bungurasih ini sudah tidak terlalu jauh pada pintu masuk, meski untuk menuju tempat parkir motor masih harus menempuh keseluruhan bagian dalam terminal.

Sembari berjalan aku tak hentinya berpikir dalam hati, Masya Allah betapa hari ini adalah hari yang penuh warna dalam perjalananku, mulai dari bis mogok, tumpangan truk sampai pada sopir bis hijau yang bermasalah, semoga masalah ini cukup sampai disini, sehingga akhir perjalanan kami menuju pulang tinggallah ketenangan. Dan Alhamdulillah doa dalam hatiku itu terkabul. Aku tiba dengan selamat tiada kurang suatu apapun di rumah tepat pukul 21.00. Alhamdulillah.

Namun rupanya takdir belum mengantarkan kakiku beristirahat, karena teman-teman petruk menghubungiku untuk hadir di perayaan kecil hari jadi petruk di rumah Dian, teman kami di daerah laguna. Jam 21.20 aku dijemput hamida menuju rumah dian, syukurlah kepenatanku seharian ini terobati oleh canda tawa yang diciptakan dari kebersamaan pada petruk yang berakhir kejutan ulang tahun ke 20 pada Hamida. Juga kepada adikku tersayang dek Chassin. Happy Birthday sayaaang J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun