Kontroversi yang melibatkan Gus Miftah dan pernyataannya yang dianggap menghina penjual es teh telah memicu perdebatan luas di kalangan masyarakat, terutama dalam konteks nilai-nilai Islam. Dalam sebuah acara pengajian, Gus Miftah mengolok-olok seorang penjual es teh dengan kata-kata yang dianggap kasar, yang kemudian viral di media sosial.
Kontroversi ini bermula dari sebuah video yang diambil saat Gus Miftah mengisi acara pengajian di Magelang pada tanggal 25 November 2024. Dalam video tersebut, ia terlihat mengolok-olok seorang penjual es teh bernama Sunhaji, dan melontarkan komentar yang dianggap merendahkan martabat penjual es teh. Ucapannya, yang mengandung kata-kata kasar, disambut tawa oleh para jamaah, namun menuai kritik tajam dari netizen. Banyak orang merasa bahwa tindakan tersebut tidak mencerminkan akhlak seorang pendakwah. Kritik ini menunjukkan bahwa masyarakat mengharapkan tokoh agama untuk menjadi teladan dalam perilaku dan ucapan.
Dalam Islam, bercanda diperbolehkan asalkan tidak melanggar adab dan etika. Menurut Imam Nawawi, candaan seharusnya tidak keterlaluan dan harus bertujuan untuk memberikan kenyamanan kepada lawan bicara. Candaan yang berisi penghinaan atau kebohongan sangat dilarang. Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat, menekankan pentingnya menjaga kehormatan sesama manusia. Mengolok-olok orang lain, terutama dalam konteks sosial yang lebih rendah, dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip ini.
Kontroversi ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat memperbesar dampak dari sebuah pernyataan. Ucapan yang dianggap merendahkan dapat menyebar dengan cepat dan memicu reaksi yang luas, baik positif maupun negatif. Kasus ini mengingatkan umat Islam untuk lebih berhati-hati dalam berucap. Mengolok-olok orang lain tidak hanya melukai perasaan, tetapi juga dapat mencerminkan kekurangan diri sendiri. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong introspeksi dan muhasabah.
Gus Miftah telah meminta maaf dan menjelaskan bahwa pernyataannya adalah guyonan yang tidak dimaksudkan untuk menghina. Ia juga berusaha untuk memperbaiki citranya dengan memborong dagangan dari pedagang kecil. Tindakan Gus Miftah mendapat perhatian dari pihak Istana, yang menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam berbicara di depan publik, terutama bagi seorang tokoh agama.
Kontroversi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh tokoh agama dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dalam perspektif Islam, penting untuk menjaga adab dan etika dalam bercanda, serta menghormati martabat setiap individu. Kejadian ini menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam berucap dan bertindak, serta untuk selalu meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam setiap aspek kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H