Mohon tunggu...
Ihdina Sabila Husna
Ihdina Sabila Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Islam dan Barat

15 Oktober 2024   15:10 Diperbarui: 15 Oktober 2024   15:28 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seluruh umat manusia di berbagai belahan dunia meyakini bahwa pendidikan adalah cara terbaik dalam rangka mencetak generasi bangsa yang unggul dalam berbagai bidang. 

Dengan pendidikan nilai luhur budaya bangsa akan dapat diwariskan bagi para generasinya. Namun, dalam memilih model pendidikan, suatu bangsa harus memperhatikan budaya yang telah melekat menjadi karakter bangsa tersebut.

 Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam memiliki budaya ke-Timur-an yang tertuang dalam sistem pendidikan Islam yang tentunya berbeda dengan pendidikan Barat dengan corak sekulernya. 

Pendidikan Islam dengan orientasi dunia-akhirat; dimensi teosentris (ketuhanan), antroposentris (kemanusiaan), dan kosmosentris (kealaman) harus kembali diberikan peran yang besar dalam melahirkan individu-individu yang cakap secara utuh di negara ini. 

Sementara pendidikan Barat hanya berorientasi pada antroposentris atau antroposentris-kosmosentris saja. Wajar jika produk dari pendidikannya adalah individu-individu yang mapan secara duniawi, namun tidak diimbangi dengan kemapanan aspek moral-spiritual yang merupakan ciri khas pendidikan Islam.

Pendidikan merupakan elemen vital dalam membentuk generasi yang berkualitas, dan pandangan tentang pendidikan dapat bervariasi antara perspektif Islam dan Barat. Berikut adalah analisis mendalam mengenai hakikat pendidikan dari kedua perspektif tersebut.

Pendidikan dalam Perspektif Islam:

  • Orientasi Dunia-Akhirat: Pendidikan Islam berfokus pada pengembangan individu secara utuh, mencakup dimensi teosentris (hubungan dengan Tuhan), antroposentris (kemanusiaan), dan kosmosentris (alam semesta). Tujuannya adalah untuk menciptakan manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki moral dan spiritual yang tinggi.

  • Pengembangan Potensi: Pendidikan Islam bertujuan untuk menggali dan mengembangkan potensi fisik, psikis, serta spiritual anak didik. Hal ini dilakukan melalui pendekatan yang mencakup bimbingan akhlak dan penanaman nilai-nilai agama. Konsep "insan kamil" atau manusia utuh menjadi tujuan akhir pendidikan Islam, di mana individu diharapkan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat dan menjalani kehidupan yang seimbang antara dunia dan akhirat.

  • Metode dan Pendekatan: Dalam pendidikan Islam, metode pengajaran tidak hanya bersifat transfer ilmu, tetapi juga melibatkan proses internalisasi nilai-nilai moral. Pendidik diharapkan dapat menjadi teladan dan membimbing siswa dengan kasih sayang serta perhatian.

Pendidikan dalam Perspektif Barat:

  • Orientasi Sekuler: Pendidikan Barat umumnya lebih fokus pada aspek antroposentris, yaitu pengembangan individu dari segi intelektual dan keterampilan praktis tanpa penekanan pada dimensi spiritual atau moral. Hal ini menghasilkan individu yang kompeten dalam konteks duniawi tetapi seringkali kurang dalam aspek moral-spiritual.

  • Pendekatan Ilmiah dan Praktis: Dalam sistem pendidikan Barat, penekanan diberikan pada metode ilmiah, logika, dan hasil yang terukur. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan individu agar siap menghadapi tantangan dunia kerja dan kehidupan sosial

  • Kemandirian Individu: Pendidikan Barat mendorong kemandirian dan pemikiran kritis. Siswa diajarkan untuk berpikir secara analitis dan mandiri dalam mengambil keputusan, yang merupakan nilai penting dalam konteks masyarakat modern.  

Dari pembahasan mengenai hakikat pendidikan dalam perspektif Islam dan Barat ini, menghasilkan beberapa kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengembangkan seluruh potensi manusia (jasmani, rohani dan akalnya), sehingga membentuk kepribadian muslim yang sempurna baik secara individu maupun sosial. 

Selain itu, pendidikan Islam dengan UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 memiliki kesamaan mengenai potensi yang harus dikembangkan dalam diri anak didik, sehingga keduanya berjalan beriringan untuk mewujudkan manusia yang ideal. Adapun fungsi pendidikan Islam adalah untuk pengembangan potensi, pewarisan budaya, interaksi potensi dan budaya, alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun