Mohon tunggu...
M. Ihdan Nazar Husaini
M. Ihdan Nazar Husaini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Bekerja di District Filsafat Uinjkt

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Paradox Eksistensi Manusia

10 Mei 2023   21:20 Diperbarui: 11 Mei 2023   00:44 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia kontemporer telah masuk pada bab baru kehidupan, pesatnya perkembangan zaman tergambar oleh aktifitas yang mulai tergantikan oleh keberadaaan benda yang berhasil digerakkan, manusia memiliki anggota tubuh terbaharu yakni technologi, Relasi keduanya terlihat begitu jelas atas keterlibatan alat artifisial tersebut dalam berbagai hal, keberhasilan itu tentu bisa disorot dari beberapa framing baik positif maupun negatif, katakan bahwa manusia sangat amat terbantu dengan keberadaan benda artifisial, dalam hal ini alat artifisial itu dapat menempati  konstruksi psikis dan idealis melalui kecerdasan buatan (artificial intellegent), bahkan tak jarang ketika seorang manusia memulai pencarian dengan Smartphone seringkali didahului pikirannya oleh kecerdasan buatan itu, huruf yang belum sempat sempurna menjadi kata sudah tercetak lebih cepat, kendati itu masih bersifat prediksi. oleh karna nya manusia dapat menghemat waktu berlipat ganda dari biasa nya dalam keterbantuan berpikir dan bertindak, sekali lagi technologi benar benar berhasil untuk menggantikan peran manusia pada ruang publik maupun domestik. 

Namun di sisi lain hal ini terlihat serius dampak negatifnya bilamana ditelisik lebih dalam mengenai eksistensi manusia itu sendiri, maksud saya jika waktu sudah terminimalisasi, aktifitas telah terdigitalisasi oleh eksistensi alat artifisial itu, segala sesuatunya telah tergantikan dengan technologi, apa selanjutnya? 

Jika semua itu telah tergantikan, kemana perginya aktifitas manusia? Apakah manusia akan menggantikan peran benda yang sebelumnya tergeletak? Seperti sepotong kayu atau besi yang tidak memiliki kuasa terhadap dirinya?.  Sebelum itu dalam maksud memahaminya lebih dalam, dewasa ini kita ihwalkan pada konsep mendasar dari keterbentukan alat artifisial tersebut. Secara fundamental komponen yang membentuk kecerdasan itu merupakan buah pikiran manusia yang diruntuhkan, lalu dibuatkan prototype yang nantinya dielaborasikan menjadi algoritma seperti otak manusia, hal ini berdampak pada ketertinggalan pikiran tradisional manusia oleh kecerdasan buatan, bagaimana tidak? Kecerdasan buatan mengungguli kecerdasan manusia. pada era kontemporer kita disuguhkam oleh pengetahuan yang dapat diakses dan pada kenyataanya manusa mulai bergantung kecerdasan buatan tersebut, kemudahan itu membawa manusia masuk ke dalam fase kemunduran pemikiran secara gradual. 

Manusia harus mencari solusi dari evolusinya yang bertumpu pada pikiran yang sudah diunggulin oleh kecerdasan buatannya. selain itu pada aspek yang sudah disinggung di awal bahwa keberadaan benda artifisial itu memberikan relasi pada hilangnya eksistensi manusia. Namun bagi saya alat artifisial bukan lah sebuah solusi, akan tetapi sebagai peralihan fokus manusia saja, bayangkan jika nantinya kecerdasan buatan itu dapat menemukan kesadarannya sendiri dan tidak bertumpu pada perintah manusia sebagai tuan atau tuhannya. untuk itu dalam menganalisa paradoxal existensi manusia lebih dalam penulis meminjam metodologi sein dan dasein milik martin heidegger. Bahwa manusia mengalami keterlemparan ( Faktisity ) dari sana  ke sini,  keterlemparan itu lah yang menjadi fondasi pertama bahwa anak manusia mesti menemukan dirinya, sehingga kemudian tidak mengalami disposisi pada persoalan sosial, ia mesti menjaga warna dan bentuk pikiran secara ekslusif. Namun dengan adanya alat artifisial itu menjadikan alasan manusia mengalami keterlemparan kedua (secondary of faktisity).  sehingga kemudian hal ini bukan sebuah komedi saja  dan harus dikaji lebih lanjut dalam suatu diskusif untuk membahas kemana perginya dan untuk apa manusia dimasa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun