Mohon tunggu...
Dana Jyota
Dana Jyota Mohon Tunggu... Penulis - Tokoh Masyarakat

"Belajar tentang pikiran dan ilmu pengetahuan"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencontoh Nilai Kebaikan dari Seorang Anak-Anak

11 April 2023   19:17 Diperbarui: 11 April 2023   19:22 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah nilai-nilai yang diajarkan dalam pertemuan itu, adakah yang anda bisa tiru? 

1. Niat untuk Menolong orang orang di sekitar kita 

Membantu sesama sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan diwajibkan dalam setiap agama yang ada di muka bumi. Bukan semata-mata untuk menjalankan perintah agama saja, menolong sesama mengasah naluri kita sebagai makhluk sosial. Tolong menolong tidak hanya sebatas ucapan di bibir saja, tetapi perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Setiap manusia wajib untuk menolong orang-orang terdekat di sekitar yang membutuhkan. dan dari anak-anak inspiratif itu kita bisa belajar bahwa usia bukan batasan untuk melakukan sebuah kebaikan. Dengan memiliki sikap saling tolong menolong, pekerjaan sesulit apa pun akan bisa teratasi. Namun, untuk memiliki sikap saling tolong menolong memerlukan proses dan kepekaan. Tolong menolong dapat dilakukan di mana saja, dari rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat.Contohnya Melalui kegiatan mengumpulkan donasi 



2. Buah tidak jatuh jauh dari pohonya 

Menurut saya mlalui kisah inspiratif anak-anak tersebut ini membuktikan bahwa Buah tidak jatuh jauh dari pohonya adalah tepat Peribahasa ini merupakan sebuah perumpamaan tentang sifat buah. Bila teman-teman memiliki pohon yang berbuah, maka buah akan jatuh di sekitar pohon. Hal itu dianggap mirip dengan penurunan sikap orang tua pada anak-anaknya. Sehingga peribahasa tersebut memiliki arti sifat anak tidak jauh berbeda dengan ayah atau ibunya. Atau hal yang menurun dari leluhurnya pasti akan ada kemiripan dengan orang tuanya. 

Peribahasa ini sudah ada sejak dahulu kala dan disebut masih sangat cocok digunakan di masa kini. Hal ini karena di balik arti dari peribahasa itu memiliki kemiripan dengan fakta yang merupakan kenyataan. Teman-teman mungkin juga sering melihat bukti dari peribahasa ini. Misalnya saja, seorang anak yang memiliki kemiripan bentuk fisik dengan salah satu atau kedua orang tua.Kemiripan itu tentu masih menjadi hal yang wajar karena adanya gen keturunan atau masih satu darah. Tapi bukan hanya masalah kemiripan fisik, namun tidak jarang anak dan orang tua memiliki beberapa sikap serta kesukaan yang sama. 

Bahkan dalam sebuah penelitian sifat serta kepribadian orang tua akan beriringan dengan pertumbuhan karakter anak. Anak-anak semasa pertumbuhannya akan melihat contoh terdekat, yaitu orang tua. Dari cara berbicara, pemilihan kosakata, ekspresi, sifat, hingga makanan yang disukai dan tidak. Biasanya anak-anak akan mengamati orang tuanya dan menirunya. 



3. Orang Tua mereka mengajarkan untuk bersyukur

 Saya setuju dengan didikan orang tua mereka bahwa Menyayangi anak adalah kewajiban orangtua. Memenuhi kebutuhan mereka juga kewajiban. Tetapi, bukan berarti semua yang diinginkan anak harus disediakan.

Sebab, bila terbiasa memenuhi semua keinginan anak, bisa berdampak buruk. Salah satu dampaknya adalah anak menjadi penuntut yang tidak bisa bersyukur. 4. menanamkan kepedulian sejak dini Kepedulian sosial yang diajarkan kepada anak sejak dini, akan tertanam dalam benak anak dan mempengaruhi pribadinya hingga beranjak dewasa. Makna dari kepedulian sosial atau social awareness dalam lingkungan anak usia dini yaitu suatu keadaan menyadari keberadaan, keterlibatan dan peran dalam lingkungan sosial anak. 

Dapat diartikan social awareness merupakan kepekaan sosial anak dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Kepekaan sosial, harusnya ditanamkan pada anak agar ia dapat belajar dari lingkungan sekitar dengan cara mendengarka, melihat, dan merasakan. Kemudian anak akan mampu memahami masalah dan bagaimana cara mengatasinya. 

Biasanya pada anak yang memiliki kepedulian yang baik , anak tidak akan menjadi orang yang apatis, yakni suatu keadaan psikologis yang dimana seorang individu tidak memiliki rasa ketidakpedulian terhadap sekitarnya. Bahkan, anak akan cenderung aktif dalam memberi dan mengasihi kepada orang yang lebih membutuhkan. Misalnya, membantu teman ketika teman tidak bisa mengerjakan tugas sekolah, memberikan sedikit uang jajan kepada pengemis, dan lain sebagainya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun