Mohon tunggu...
Igon Nusuki
Igon Nusuki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi MD UGM

Saya berkomitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan dampak positif dan berkontribusi pada kemajuan Indonesia melalui aktifitas menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Air Mata dan Kekecewaan: Pahitnya Kekalahan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024

22 Desember 2024   23:27 Diperbarui: 25 Desember 2024   00:10 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia kalah dengan skor 0-1 dari Filipina. Dengan kekalahan ini, Timnas Indonesia tersingkir dari kejuaraan Piala AFF 2024. (Sumber: Republika/Edw

Kekalahan Timnas Indonesia dari Filipina di Piala AFF 2024 meninggalkan luka mendalam di hati para penggemar sepak bola tanah air. Gol tunggal Filipina melalui penalti pada menit-menit akhir pertandingan menjadi titik balik yang mengakhiri harapan Indonesia untuk melangkah ke semifinal. Kekalahan ini bukan hanya soal skor 0-1, tetapi juga mencerminkan berbagai masalah mendalam dalam aspek teknis, strategi, dan mentalitas tim yang harus segera dievaluasi agar tidak terulang di masa depan. Momen ini memunculkan kekecewaan yang mendalam karena Indonesia memiliki potensi untuk melaju lebih jauh, namun harus terhenti dengan cara yang menyakitkan.

Kesalahan Fatal dan Penalti Penentu

Indonesia kalah dengan skor 0-1 dari Filipina. Dengan kekalahan ini, Timnas Indonesia tersingkir dari kejuaraan Piala AFF 2024. (Sumber: Republika/Edw
Indonesia kalah dengan skor 0-1 dari Filipina. Dengan kekalahan ini, Timnas Indonesia tersingkir dari kejuaraan Piala AFF 2024. (Sumber: Republika/Edw

Gol kemenangan Filipina berawal dari pelanggaran yang dilakukan Pratama Arhan di kotak penalti. Kesalahan yang seharusnya bisa dihindari dengan keputusan yang lebih bijak itu akhirnya menjadi penentu nasib Timnas Indonesia. Momen tersebut seakan menjadi simbol dari kekalahan yang menyakitkan. Penyesalan yang terlihat jelas dari Arhan setelah pertandingan menjadi gambaran betapa beratnya tekanan yang dirasakan oleh pemain muda dalam ajang internasional. Sebagai pemain yang masih relatif baru dalam level kompetisi tinggi, Arhan seharusnya bisa lebih tenang dalam situasi tersebut. Momen itu mengajarkan kita bahwa dalam sepak bola profesional, setiap keputusan, sekecil apapun, bisa berakibat fatal.

Namun, penting untuk diingat bahwa kesalahan ini bukan semata-mata kesalahan individu. Itu adalah refleksi dari ketegangan mental yang dialami seluruh tim. Ketika pertandingan memasuki fase kritis, tekanan dan stres menjadi faktor yang tak terhindarkan. Sebuah keputusan yang kurang tepat bisa terjadi karena kurangnya pengalaman dalam menghadapi situasi seperti ini. Bagi Arhan, ini adalah pelajaran pahit yang harus dihadapi, namun juga cermin betapa pentingnya pembinaan mental dalam sepak bola. Tim pelatih dan manajemen harus lebih mengutamakan aspek psikologis, agar para pemain dapat menghadapi tekanan dengan lebih bijak dan tenang dalam situasi apapun.

Kartu Merah dan Krisis Kepemimpinan

Momen Ferrari kena kartu merah, Sabtu (21/12/2024). Foto: Dok RCtI
Momen Ferrari kena kartu merah, Sabtu (21/12/2024). Foto: Dok RCtI

Namun, bukan hanya kesalahan individu yang memperburuk keadaan. Kartu merah yang diterima oleh Ferarri, kapten tim, akibat provokasi dari kapten lawan, menambah keperihan kekalahan ini. Tindakan emosional yang diambil oleh Ferarri menunjukkan ketidakmampuan untuk mengendalikan diri dalam situasi yang penuh tekanan. Sebagai kapten tim, ia seharusnya bisa menjadi pemimpin yang memberi contoh kedewasaan dalam mengelola emosi, tetapi tindakan emosionalnya justru memperburuk keadaan. Ketika berada di lapangan, seorang kapten bukan hanya bertanggung jawab atas taktik, tetapi juga harus menjaga keseimbangan mental dan moral tim.

Kartu merah tersebut menunjukkan bahwa, dalam situasi kritis seperti ini, pengendalian diri dan kedewasaan sangat dibutuhkan. Kepemimpinan yang kuat di lapangan bisa menjadi pembeda dalam situasi yang penuh tekanan. Sebagai pemimpin, Ferarri diharapkan bisa menjadi penyeimbang dalam tim, memberikan ketenangan, dan memastikan bahwa tim tetap fokus pada permainan. Namun, sebaliknya, keputusan emosionalnya menyebabkan Indonesia harus bermain dengan 10 orang di sisa pertandingan, yang tentu saja memberi keuntungan besar bagi lawan.

Ketajaman Lini Depan yang Hilang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun