Sistem yang Gagal: Antara Popularitas dan Integritas
Masalahnya bukan hanya pada para calon, tetapi juga pada sistem yang memungkinkan mereka naik ke panggung politik. Dalam sistem PILKADA kita, kemampuan beretorika lebih dihargai daripada kapasitas nyata. Popularitas sering kali mengalahkan integritas, dan slogan-slogan kosong lebih menarik daripada visi yang terukur.
Sistem ini menciptakan kondisi di mana pemimpin sejati tersingkir oleh aktor politik yang hanya mahir memoles citra. Akibatnya, PILKADA menjadi sirkus politik di mana rakyat hanya menjadi penonton yang pasif, sementara para "pemain" sibuk berlomba menunjukkan ilusi terbaik mereka.
Apa yang Harus Dilakukan?
Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana kita keluar dari lingkaran setan ini? Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
Kritis dalam Memilih
Rakyat harus lebih kritis dalam memilih. Jangan biarkan retorika kosong dan pencitraan murahan menipu kita lagi. Pastikan calon yang dipilih memiliki rekam jejak dan visi yang nyata.Reformasi Sistem
Kita perlu mendorong reformasi dalam sistem pemilu lokal. Proses seleksi harus diperketat untuk memastikan hanya kandidat yang benar-benar layak yang bisa maju.Pengawasan Berkelanjutan
Tanggung jawab rakyat tidak berhenti di bilik suara. Setelah mereka terpilih, kita harus terus mengawasi dan memastikan mereka menjalankan janji-janji yang mereka buat.Edukasi Politik
Edukasi politik sangat penting untuk memastikan masyarakat memahami peran mereka dalam demokrasi. Dengan pemahaman yang lebih baik, rakyat bisa menjadi pengawas yang efektif.
Selamat Tinggal, Panggung Sandiwara
Selamat tinggal PILKADA, panggung sandiwara di mana janji-janji besar diucapkan tanpa dasar, dan mimpi-mimpi kosong dijual kepada rakyat yang lelah. Demokrasi yang seharusnya menjadi alat perubahan malah menjadi arena bagi ego pribadi untuk bersinar.