Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahabarata : Karna dan Perjuanganya Menentang Diskriminasi

14 Mei 2014   22:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:31 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Sungai tak pernah bertanya air siapa yang memasukinya? Yang dia tau hanyalah kekuatannya. Dewa Siwa tak pernah mempertanyakan bunga teratai darimana yang menjadi persembahannya. Karena yang terpenting adalah keindahanya. Mengapa manusia harus mempertanyakan siapa asal-usulnya?!"


Kalimat itu diucapkan pemuda gagah bernama Karna dengan lantang sambil merentangkan tangannya yang memegang busur panah.

Sang Pemanah ulung itu mengucapkanya saat masuk ke palagan perang tanding dan menantang Arjuna, pandawa ketiga, murid terbaik Resi Drona. Karna maju ke palagan saat Ia mendengar bahwa Arjuna dinyatakan sebagai pemanah terbaik di dunia oleh Drona.

Karna menilai Drona terlalu sombong dengan menyatakan Arjuna sebagai terbaik di kolong langit. Menurutnya, tak jadi soal jika Arjuna hanya dinyatakan sebagai pemenah terbaik diantara pangeran-pangeran bangsa kuru. Namun, jika disebut sebagai terbaik di dunia, Ia yang juga pemanah, merasa tertantang dan akhirnya turun gelanggang.

Guru Kripa, guru kerajaan, lalu turun tangan. Ia bertanya asal-usul sang penantang lancang itu sebelum beradu tanding dengan Pangeran Arjuna. Lawan haruslah sepadan dan sama-sama ksatria. Setelah Karna menjawab dirinya anak kusir kereta bernama Adinata, Karna tidak diizinkan untuk menantang Arjuna. Apalagi, ajang tersebut merupakan pertandingan antar pangeran Kerajaan Hastinapura

Pasalnya, hukum yang berlaku di Hastina, ksatria hanya berhak menantang/ditantang ksatria. Bukan oleh rakyat biasa, apalagi dari kalangan Suta. Bahkan, Kaum Suta sudah seharusnya tak belajar berperang seperti layaknya seorang ksatria.

Karna menentang, Ia memberontak. Di hadapan khalayak ramai yang sedang menyaksikan perang tanding itu, Ia menyatakan pemberontakanya atas sistem kasta diskriminatif itu. Ia sangat menentang kasta yang memenjarakanya sejak kecil. Kasta yang sudah menghalanginya untuk menunjukan kekuatanya.

Menurutnya, manusia semua sama. Ksatria, brahmana, suta boleh diakui bukan karena statusnya tetapi karena kekuatan, kerja kerasnya. Karna adalah pengagum kekuatan sejak kecil. Ia bersumpah untuk menjadi 'sesuatu' dan diakui dengan kekuatan yang ada dalam dirinya.

Oleh karena itu, Karna bersikeras menantang arjuna untuk membuktikan siapa pemanah terbaik di muka bumi. Arjuna pun menyanggupinya. Ia tak gentar dengan tantangan karna dan yakin dengan didikan Resi Drona.

Namun, sebelum busur tertarik, Adinata turun ke gelanggang. Ia meminta maaf dan memaksa Karna, yang dinilainya tak tahu sopan santun serta mempermalukan keluarga, untuk pulang. Ibunya juga bercucuran air mata melihat anaknya mempermalukan diri dan keluarganya.Karna akhirnya luluh. Ia pun dengan berat hati meninggalkan gelanggang. Sampai, Duryodana yang barusaja di kalahkan Arjuna berteriak. "Tunggu dulu pemanah," katanya.

Duryodana kemudian mengangkat Karna menjadi raja dan meminta agar diizinkan bertanding melawan Arjuna. Duryodana tahu. Karna adalah lawan sebanding Arjuna, ksatria Pandawa yang paling ditakutinya. Dengan menaruh budi pada Karna maka anak Suta itu akan menjadi orang yang dipihaknya, Kurawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun