Kendaraan beroda empat saat ini tak lagi sekedar kebutuhan pelengkap melainkan sudah menjadi kebutuhan utama. Mobil sudah menjadi kebutuhan sehari-sehari, apalagi keluarga yang tinggal di kota. Saya pun mensyaratkan kepemilikan mobil, setelah rumah, kepada diri sendiri sebelum memutuskan berumahtangga.
Oleh karena itu, saya mensegerakan membeli rumah sejak masih bujangan. Maklum, gaya hidup bujangan biasanya hura-hura, gaji pun bisa-bisa amblas semuanya tak bersisa. Maka, saya memberanikan diri membeli rumah tipe 45 melalui skema Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), masih dengan sedikit bantuan orang tua..hehe. Ok, Syarat pertama terpenuhi, kekasih pun sudah bersedia dinikahi. Tinggal syarat kedua, memiliki mobil.
Untungnya, saya tak menetapkan syarat yang terlalu ketat untuk poin yang kedua ini..hehe. Mobil bisa baru, bekas atau warisan. Alhasil, sebuah mobil Suzuki Carry keluaran tahun 1997 warisan dari orang tua membuat persyaratan sebelum menikah yang saya buat lengkap sudah. Saya pun mantap melamar anak gadis orang yang kini sudah hampir 3 tahun menjadi pendamping hidup saya. Gadis kecil berumur 1,5 tahun menjadi pelengkap keceriaan rumah mungil kami.
Namun, namanya juga manusia, pasti ingin selalu menjadi lebih baik. Mobil warisan sudah terasa tidak nyaman. AC tidak ada, audio tak prima, juga sudah mulai rewel. Saya pun kurang tega membiarkan buah hati kami yang masih balita bermandi keringat. Soalnya anak saya mudah sekali berkeringat, kalau tidur harus dikipasi dan dalam kamar berpendingin udara. Mungkin kena sindrom anak kota atau sindrom pemanasan global..hehe.
Akhirnya, saya pun memutuskan untuk membeli mobil baru. Permasalahannya, anggaran terbatas. Tabungan saya dan istri belum mencukupi, untuk membeli mobil murah bersubsidi program pemerintah sekalipun, jika pembayaranya cash. Saya dan istri bersepakat kalau membeli mobil ya mending yang baru daripada second. Alasannya, saya tak begitu paham daleman soal mobil takutnya mobilnya tak prima kalau beli sekenan.
Nah, untuk mensiasati keterbatasan anggaran, kredit mobil menjadi pilihan. Dengan cara itu saya bisa memiliki mobil dengan cepat meski dana belum mencukupi. Anggaran pun sudah cukup lah kalau hanya buat DP 30 persen. Sisa sedikit rencananya untuk usaha kecil-kecilan istri yang memutuskan resign dari pekerjaanya untuk lebih fokus mengurus anak dirumah.
Untuk angsuran, gaji saya setelah terpotong untuk ini dan itu rumah saya itung-itung masih mencukupi untuk kredit mobil jika ditunjang dengan penghasilan lain dan tenor yang diambil cukup lama. Kebetulan saya mempunyai usaha sampingan cucian motor.
Ok, langkah berikutnya adalah memilih leasing atau bank untuk kredit mobil. Wah, soal ini pilihan ternyata banyak sekali. Tinggal pilih yang syaratnya mudah, bunga angsuran paling murah, orangnya ramah. Ternyata, membeli kredit memang lebih mudah dari cash, pelayanan orang dealer pun lebih ramah. Saya maklum lah, mereka lebih untung menjual kredit daripada cash.
Sekarang tinggal pilih mobil yang cocok ke showroom. Setelah dipilih-pilih, baca sana dan sini, tanya kesana kemari akhirnya saya memutuskan untuk membeli low cost green car alias mobil murah ramah lingkungan yang lagi rame-ramenya dibicarakan. Lumayan lah, harga murah masih bisa gaya, fasilitasnya pun oke.
Setelah itu, pihak leasing datang dengan sendirinya. Saya tinggal pilih yang cocok. Siapkan syarat-syarat seperti slip gaji, fotocopy KTP suami dan istri, fotocopy KK, tagihan listrik lalu mengisi form. Kemudian setelah itu disurvey, clear, tinggal bayar TDP minimal 30 persen + administrasi. Sudah, selesai. Ternyata kredit mobil itu gampang, mudah dan #NggakRibet.
Sebulan kemudian mobil berwarna silver pun datang memasuki garasi rumah saya. Mobilnya agak lama datangnya karena yang saya pilih warnanya dan sesuai serinya memang harus inden, Akhirnya, keinginan untuk membelikan mobil untuk istri dan buah hati tercinta terpenuhi. Mobil warisan pun saya kembalikan ke orang tua karena katanya tidak boleh dijual meski sudah tua. Maklum, mobil berjuta kenangan.
Kini, saya pun memiliki mobil idaman yang cukup nyaman dengan anggaran yang tersedia. Sisa uangnya untuk membuat garasi dan usaha sampingan istri saya pun jalan. Sekarang tinggal berusaha lebih keras, agar cicilan setiap bulannya bisa dibayar lunas.
[caption id="attachment_333990" align="aligncenter" width="277" caption="Ghaida, Buah Hatiku tengah bergaya di depan Mobil (Dok.Pribadi)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H