[caption id="attachment_285442" align="alignleft" width="300" caption="sampah = energi masa depan (indovasi.or.id)"][/caption] Sampah identik dengan jorok, busuk, bau, penyakit dan hal-hal lain yang tidak ingin kita dekati. Singkat kata, sampah adalah musuh!. Dalam penggunaan kata-kata pun sampah menduduki makna ‘rendah’. “Sampah!” itu salah satu yang variasi umpatan yang sering kita pakai. Adalagi ‘sampah masyarakat’ untuk menyebut orang yang dianggap ‘reject’ oleh khalayak ramai.
Akan tetapi, hal-hal yang kita remehkan atau dipandang sebelah mata seringkali membuat kita ‘kecele’, begitu juga sampah dengan berbagai manfaat dan keuntungan yang ada di balik ‘kerendahan’nya. Jika kita kelola dengan baik, sampah bisa menjadi sumber mata pencaharian, sampah bisa diolah kembali menjadi hal yang bisa memenuhi kebutuhan kita dan sampah bisa menjadi sumber energi terbarukan. Jadi, kenapa sampah tidak kita ‘intimi’ saja.
Dengan mengelola dan mendaur ulang sampah, keuntungan yang kita dapat berlipat-lipat : lingkungan bersih, dapat menghasilkan uang, tersedia pupuk organik untuk menyuburkan tanah, alternative energy masa depan dan tentunya kita dapat berkontribusi terhadap kenyamanan dan kelangsungan bumi ini.
Jadi, melalui tulisan ini saya mengajukan usul, sampah harus dikelola secara professional, kalau perlu dengan skala industry yang disubsidi pemerintah, mobil murah saja disubsidi, atau bentuk saja BUMN sampah. Kenapa tidak? Dengan begitu, sampah bukan lagi ‘musibah’, tidak lagi menjadi masalah akan tetapi merupakan berkah!
Nah, salah satu hasil dari pengolahan sampah yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah biogas, salah satu sumber energy terbaharukan, sumber energy masa depan. Pada dasarnya, biogas bisa diperolah dari sampah organic dengan cara yang sederhana, proses fermentasi untuk menghasilkan gas dan listrik. Begini cara singkatnya :
“Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanantinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadiGas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap” (Wikipedia).
Hasil samping dari kegiatan ini adalah berupa pupuk organik atau kompos yang sudah difermentasi, pupuk yang sudah matang dan siap digunakan. Ini nilai tambah lainya yang sangat berharga.
Jangan dipikir kecil potensi ini. Coba hitung berapa volume sampah organic yang kita hasilnya, berjuta-juta ton tentunya dan akan dihasilkan terus menerus setiap hari. Mari kita berusaha untuk tidak membiarkanya begitu saja membusuk tanpa diambil manfaatnya. Manusia telah melakukan banyak ikhtiar untuk bisa menggunakan energy matahari, angin, air, panas bumi, ombak, nuklir bahkan gelombang laut yang diproses dengan teknologi yang rumit untuk mencari energy masa depan.
Dengan asumsi itu, maka ini bukan lah mission imposible. Janganlah terperangah jika suatu saat tungku-tungku di dapur menyala dari gas metan hasil pengolahan sampah, uap hasil pirolisisnya digunakan untuk menggerakan turbin-turbin mesin, listrik dari sampah menghidupkan lampu-lampu yang terang di kamar dan pupuk kompos yang menyuburkan kembali tanah-tanah pertanian yang gersang. Saya rasa, ini hanya perlu kemauan yang kuat dan upaya bersama untuk mewujudkannya. Hal ini juga bisa dilakukan dari level terkecil di rumah tangga, sampai tingkat tertinggi dengan melalui korporasi modern atau perusahaan milik negara.
Jika gerakan ini menjadi gerakan masal yang didukung semua elemen masyarakat maka tak perlu kita terus berkeluh kesah seringnya pemadaman listrik atau khawatir harga BBM akan naik atau pusing memikirkan gas elpiji. Semua bisa kita dapatkan dari hal yang kita lihat kecil dan hina, sampah. Dan, energy masa depan itu adalah SAMPAH.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H