Mohon tunggu...
Igoendonesia
Igoendonesia Mohon Tunggu... Petani - Catatan Seorang Petualang

Lovers, Adventurer. Kini tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Napak Tilas Turunnya 'Cahaya' Islam di Jabal Nur dan Museum Wahyu

24 Mei 2024   16:01 Diperbarui: 24 Mei 2024   16:13 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ornamen tentang Khadijah di Musium Wahyu (Dok. Pribadi)

Pada masa kecil, aku sering mendengar kisah perjalanan kenabian Muhammad SAW. Salah satunya, bagaimana beliau berkhalwat atau menyepi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan di Gua Hira sehingga akhirnya mendapatkan wahyu pertamanya.

Nah, gua itu ada di Jabal Nur alias Gunung yang Bercahaya, Mountain of Light. Penamaan itu merujuk karena gunung tersebut menjadi lokasi diterimanya 'cahaya wahyu' dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril.

Alhamdulilah, kami bisa mengunjungi Gunung Cahaya yang terletak di arah utara dari Kota Mekkah, sekitar 5 km dari Masjidil Haram itu. Pada gunung setinggi 640 meter itulah Ghar Hira atau Gua Hira berada.

Biasanya, dalam pelaksanakan Ibadah Haji dan Umrah, Jabal Nur memang destinasi yang wajib masuk dalam ittenerary. Pada lokasi itu, jamaah bisa menghayati perjalanan nabi dalam menjemput wahyu, mulai dari bagaimana keresahannya akan kondisi umat manusia, berkhalwat, menyepi, bertafakur sampai turunnya wahyu di dalam Gua Hira.

Wahyu yang pertama diturunkan kepada nabi adalah Surat Al 'Alaq 1-5, yang berisi perintah untuk membaca.

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Jabal Nur dari Museum Wahyu (Dok. Pribadi)
Jabal Nur dari Museum Wahyu (Dok. Pribadi)

Wahyu Allah yang diturunkan kepada Muhammad menjadi titik mula Islam yang terus bersinar hingga saat ini. Cahayanya mampu mengatasi kegelapan atau kesesatan atau zaman jahiliyah yang melanda bumi pada masa itu hingga akhir zaman nanti.

Pada riwayat disebutkan, Rasulullah sering berkhalwat, merenung, berkontemplasi di Gua Hira, Jabal Nur, saat mencapai usia 40 tahun. Gua yang jauh dari keramaian dan saat itu dari posisi mulut gua bisa langsung melihat Ka'bah, menjadi tempat ideal untuk berkhalwat.

Gua tersebut kecil, hanya mampu menampung empat hingga lima orang dewasa. Untuk mencapainya perlu waktu sekitar 1 jam mendaki Jabal Hira yang cukup terjal dengan kelerengan sampai 60'. Suasananya tentu saja sunyi senyap. Jadi, cukup nyaman jika untuk sendirian, berkhalwat di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun