Suasananya cukup ramai, tak hanya Jemaah asal Indonesia, Jemaah yang berbahasa melayu seperti Malaysia, Brunei dan Pattani (Thailand) pun banyak yang mengikuti. Selama di Nabawi, saya juga sempatkan turut mendengarkan kajian yang temanya membawakan sirah nabawiyah.
Sejarah Masjid Nabawi
Masjid Nabawi sangat lekat dengan Kota Madinah Al - Munawarah. Masjid ini merupakan masjid kedua yang dibangun dalam sejarah Islam setelah Masjid Quba. Masjid ini dianggap sebagai tempat suci oleh umat Islam selain Masjidil Haram di Makkah.
Nabawi  dulunya adalah rumah tempat tinggal Nabi Muhammad setelah hijrah ke Madinah. Bangunan masjid awalnya tanpa atap. Selain sarana ibadah juga digunakan sebagai tempat acara sosial seperti pertemuan masyarakat dan digunakan sebagai sekolah agama (madrasah).
Masjid Nabawi menjadi tujuan utama para jemaah haji dan umrah di Madinah. Sebab, pada kompleks Nabawi ada Makam Nabi Muhammad beserta dua Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Salah satu icon terkenal Masjid Nabawi adalah kubahnya yang berwarna hijau. Catatan sejarah di Wikipedia menyebutkan kubah itu dibangun di atas makam nabi dan rumahnya bersama Aisyah pada 1818 oleh Sultan Utsmaniyah Mahmud II dan dicat hijau pada 1837. Sejak saat itulah kubah tersebut dikenal sebagai 'Kubah Hijau'.
Konon, lokasi didirikannya Masjid tersebut ketika dalam perjalanan hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah unta tunggangan Nabi menghentikan perjalanannya sewaktu tiba di Madinah. Lokasi itu semula adalah tempat penjemuran buah kurma milik anak yatim dua bersaudara Sahl dan Suhail bin 'Amr, yang kemudian dibeli oleh Nabi Muhammad untuk dibangunkan masjid dan tempat kediamannya.
Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 50 m, dengan tinggi 3,5 m. Nabi Muhammad membantu membangunnya dengan tangannya sendiri, bersama-sama dengan para sahabat dan kaum muslimin. Tembok di keempat sisi masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah, sedangkan atapnya dari daun kurma dengan tiang-tiang penopangnya dari batang kurma. Sebagian atapnya dibiarkan terbuka begitu saja. Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari. Hanya di waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.
Kemudian melekat pada salah satu sisi masjid, dibangun kediaman Nabi yang tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan masjidnya. Selain itu ada pula bagian yang digunakan sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki rumah yang dikenal sebagai ahlussufah atau para penghuni teras masjid.