Mohon tunggu...
Ignatius Fajar Santoso
Ignatius Fajar Santoso Mohon Tunggu... -

Alumni Universitas Multimedia Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Panggilan Hidup, Mencari arti Kebenaran Sejati

4 November 2016   03:44 Diperbarui: 25 Juli 2017   20:00 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada dasarnya manusia menjalani kehidupan sebagai sebuah yang di dalamnya terdapat makna mendalam tentang arti kehidupan itu sendiri. Secara kodrat manusia hidup untuk mencari kebenaran sebagai jawaban terhadap situasi zaman yang cenderung melawan kehidupan.

Horizon/arah hidup manusia mengarah pada kebenaran yang menjadi prinsip dasar keberadaan manusia. Kebenaran dapat kita lihat dari sudut pandang nilai (kualitas baik yang melekat pada suatu benda/aktifitas). Menurut Max Scheler nilai bersifat absolut, tidak dipersyaratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alamiahnya baik secara historis, sosial, biologis ataupun individu murni. Hanya pengetahuan kita tentang nilai yang bersifat relatif, sedangkan nilai itu sendiri adalah absolut.

Dari sudut pandang nilai tersebut, kita dapat menilai bahwa kebenaran itu adalah absolut, selalu dicari dan sebagai acuan hidup karena kebenaran sendiri tidak dipersyaratkan oleh suatu tindakan dan tidak memandang keberadaan alamiahnya.

Untuk mencari kebenaran yang sejati kita dapat menempuh 3 jalan yakni ilmu pengetahuan, etik, dan teologis. Dari segi ilmu pengetahuan kita dapat membaginya dengan rasionalisme (cara pikir dan terpilah pilah/Apriori), Empirisme (pengalaman inderawi/Aposteriori), dan positivisme (berdasarkan fakta-fakta objektif).

Melalui jalan etik kita dapat mencari kebenaran dengan meninjau kebenaran moral yang diperoleh melalui aktualisasi kesadaran etik dalam diri manusia. Kesadaran etik mendorong aktualisasi diri dan menemukan/arahkan hidup pada kebenaran moral. Pijakan moral bagi orang beriman adalah ajaran agama-agama sedangkan bagi orang "tidak beriman" pijakan moralnya adalah humanisme dan ilmu pengetahuan.

Kebenaran sejati juga dapat ditemukan melalui jalan Teologis yang berpijak pada religiositas. Berbagai jalan teologis unik dan sarat dengan kekayaan spiritual yang memiliki sejarah dan ciri khasnya masing masing. Hal ini merupakan sebuah tarikan benang merah dari ajaran agama-agama dan kepercayaan.

Pada dasarnya kebenaran adalah sebuah substansi dasar dari segala ciptaan Tuhan yang merupakan kebenaran sejati itu sendiri. Sebagai manusia kita percaya bahwa Yang Transenden sekaligus Imanen tersebut yang merupakan sebuah Kebenaran yang tak terselami. Ad Maiorem Dei Gloriam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun